kumpulan hadits
Tekan ctrl + click salah satu iklan untuk lanjut membaca
push ctrl + click one of the banners before continue reading
BERLAKU ADIL KEPADA ANAK
3056 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ أَبِي حَيَّانَ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنِ النُّعْمَانِ
بْنِ بَشِيرٍ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ
وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو حَيَّانَ
التَّيْمِيُّ عَنِ الشَّعْبِيِّ حَدَّثَنِي النُّعْمَانُ بْنُ بَشِيرٍ أَنَّ
أُمَّهُ بِنْتَ رَوَاحَةَ سَأَلَتْ أَبَاهُ بَعْضَ الْمَوْهِبَةِ مِنْ مَالِهِ
لِابْنِهَا فَالْتَوَى بِهَا سَنَةً ثُمَّ بَدَا لَهُ فَقَالَتْ لَا أَرْضَى
حَتَّى تُشْهِدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مَا
وَهَبْتَ لِابْنِي فَأَخَذَ أَبِي بِيَدِي وَأَنَا يَوْمَئِذٍ غُلَامٌ فَأَتَى
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنَّ أُمَّ هَذَا بِنْتَ رَوَاحَةَ أَعْجَبَهَا أَنْ أُشْهِدَكَ عَلَى الَّذِي
وَهَبْتُ لِابْنِهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَا بَشِيرُ أَلَكَ وَلَدٌ سِوَى هَذَا قَالَ نَعَمْ فَقَالَ أَكُلَّهُمْ وَهَبْتَ
لَهُ مِثْلَ هَذَا قَالَ لَا قَالَ فَلَا تُشْهِدْنِي إِذًا فَإِنِّي لَا أَشْهَدُ
عَلَى جَوْرٍ *MUSLIM
Riyadussalihin 342.
Arif Menyelesaikan
Konflik Buruh dan Majikan
َقاَل َرُسْوُل
اللِه: قََاَل الله َتََعالَََى: َثَلاثلة انا َخْصَمُُهْم َيْوَم القيامة, رَجِل
أعطانى ثم غدر, ورجل باع حرا فأكل ثمنه, ورجل استأجر أجيرا فاستوفى منه ولم يعطه
أجرا (رواه البخارى)
“Tiga golongan akan menjadi musuhku pada
hari kiamat: seseorang yang telah bersumpah dengan namaku kemudian ia khianat;
seseorang yang menjual sesamanya (orang merdeka, bukan budak) untuk mengeruk
keuntungan; dan seorang majikan yang menerima penuh pekerjaan buruh, tapi ia
tak upah selayaknya”
Permasalahan buruh agaknya tak pernah
kunjung reda. Ia akan menyita perhatian semua pihak. Malah, tak jarang ia bisa
membuat pihak-pihak yang berkepentingan kalang kabut dan sering berujung dengan
terhjadinya konlik. Dalam Islam ada beberapa prinsip yang
-Bebas berprofesi.
Hampir semua kitab fiqh salaf mengatakan bahwa
pola hubungan buruh
-Tidak membedakan upah lerlaki dan
perempuan
-Mendapatkan perlindungan kerja
3. menyelesaikan konflik buruh majikan
Baca fih rakyt 84
KEWAJIBAN MENEGAKKAN KEPEMIMPINAN
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ بَحْرٍ حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَجْلَانَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا كَانَ ثَلَاثَةٌ
فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ قَالَ نَافِعٌ فَقُلْنَا لِأَبِي سَلَمَةَ
فَأَنْتَ أَمِيرُنَا (رواه أبو هُرَيْرَةَ)
Artinya: “Diriwayatkan
dari Ali bin Bahr dari Hatim bin Ismail dari Muhammad bin Ujlan dari Nafi’ dari
Abu Hurairah, sungguh Rasulullah Saw pernah bersabda: jika ada tiga orang dalam
berpergian, hendaklah mereka mengankat salah seorang diantara mereka untuk
menjadi pemimpinnya. Nafi’ berkata, Kemudian kami berkata kepada Abu Salamah,
‘Engkaulah pemimpin kami.’
Kata فليؤ مروا
Itu berarti “supaya mereka itu menjadikan
pemimpin atau ketua. Jadi hadis itu berarti bahwa kalau ada tiga orang
bepergian ke suatu tempat maka mereka harus menjadikan salah satu di antara
tiga orang itu menjadi pemimpinnya, yang bertanggung jawab selama bepergian.
Imam Asy-Syaukani menjelaskan bahwa hadis itu menjadi dalil bahwa
Allah mensyari’atkan jika jumlah orang mencapai tiga atau lebih maka hendaklah
salah seorang di antara mereka dipilih menjadi pemimpin karena pemimpin itu
dapat menyelamatkan perselihan yang menyebabkan kehancuran. Tanpa ada
kepemimpinan maka setiap orang akan memaksakan pendapatnya dan akan berbuat apa
saja yang sesuai dengan hawa nafsunya yang menjadikan mereka rusak. Dengan
adanya pemimpin akan dapat dikurangi perselisihan dan dapat digalang persatuan.
Dalam pandangan islam, kepemimpinan adalah amanah Allah yang harus
dijalankan dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab oleh mereka yang
diber mandate untuk memimpin. Namun dalam realitas kehidupan, menjadi pemimpin
formal sering dipandang sebagai peluang yang menguntungkan secara duniawi
sehingga tidak sedikit orang berlomba-lomba meraih jabatan untuk menjadi
pemimpin. Mereka lupa, bahwa seorang pemimpin sedang memikul amanat yaitu
menjadi rujukan semua orang termasuk menyelesaikan sengketa, yang kelak harus
dipertanggungjawabkan di dunia dan akherat.
Adanya sebagian orang yang dalam hidupnya suka mencari posisi
sebagai pemimpin dari suatu jabatan tertentu meskipun dengan cara yang tidak
bermoral dilator belakangi oleh berbagai tujuan. Padahal dalam konteks Islam
kita dilarang berambisi atau meminta jabatan. Dalam hadis dijelaskan:
Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah
kamu meminta jabatan pimpinan, jika kamu memperolehnya dengan meminta (ambisi)
kamu akan menanggung sendiri akibatnya, tetapi jika kamu memperolehnya tanpa
ambisi, kamu akan mendapat dukungan rakyat. (HR. ABdu Dawud).
Ketika Rasulullah hijrah dan menetap di
Madinah bersama kaum muslimin, suatu haris barisan panjang yang terdiri dari
para pengendara dan pejalan kaki menuju pinggiran kota dibarengi gemuruh
takbir. Rombongan itu ternyata kabilah Ghifar dan Aslam yang dikerahkan Abu Zar
(tanpa terkecuali) telah masuk Islam selama beberapa tahun lalu. Mereka
mendapat hidayah Allah melalui dakwah Abu Dzar. Khalid Muhammad Khalid
mendeskripsikan momentum keislaman mereka dengan kalimat “raksasa garong dan
komplotan syetan yang telah beralih menjadi raksasa kebajikan dan pendukung
kebenaran”.
Atas peristiwa tersebut, tentu saja Abu
Dzar mendapat penghargaan dari Rasul, tetapi tidak dalam bentuk medali
kesetiaan atau bintang tanda jasa atau sejenisnya. Penghargaan kepada Abu Dzar
diberikan Rasul melalui sabdanya: “Tak pernah lagi dijumpai di bawah langit ini
orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar…”.
Penghargaan Rasul
kepada Abu Dzar itu adalah indicator bahwa kebenaran telah menjadi prinsip
hidup Abu Dzar. Meski demikian, tidak berarti Rasul akan mentolerir dan
mengamini semua sikap dan permintaan Abu Dzar. Ini terbukti ketika Abu Dzar
meminta kepada Rasul untuk diangkat menjadi salah seorang gubernur. Dengan
tegas Rasul menjawab: “Hai Abu Dzar, sesungguhnya aku telah melihat keadaan
dirimu yang lemah. Sesungguhnya aku cinta padamu sebagaimana aku cinta pada
diriku sendiri. (HR Bukhari).
Hadis ini setidaknya
memberikan dua pelajaran (‘ibrah) penting bagi kita. Pertama, memimpin
merupakan suatu tugas yang amat berat dan tidak cukup hanya bermodalkan
ketinggian iman., kelurusan sikap dan keluhuran akhlak. Modal ini harus diikuti
secara proporsional oleh kemampuan dan potensi pendukung lainnya. Kedua,
kepemimpinan merupakan suatu tanggung jawab yang diamanahkan, bukan diminta
apalagi direbut dengan berbagai cara.
MENGALAH
SEBAGAI BENTUK KEARIFAN
حَدَّثَنَا
عُقْبَةُ بْنُ مُكَرِّمٍ الْعَمِّيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ
قَالَ حَدَّثَنِي سَلَمُ بْنُ وَرْدَانَ اللَّيْثِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَرَكَ
الْكَذِبَ وَهُوَ بَاطِلٌ بُنِيَ لَهُ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَمَنْ تَرَكَ
الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بُنِيَ لَهُ فِي وَسَطِهَا وَمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
بُنِيَ لَهُ فِي أَعْلَاهَا وَهَذَا الْحَدِيثُ حَدِيثٌ حَسَنٌ لَا نَعْرِفُهُ
إِلَّا مِنْ حَدِيثِ سَلَمَةَ بْنِ وَرْدَانَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
Artinya: “Barang siapa menghindari
pertengkaran sementara dia berada di pihak yang salah, maka kelak akan
dibangunkan untuknya sebuah istana di dasar surga. Barang siapa menghindari
pertengkaran (konflik) padahal dia berada di pihak yang benar, maka kelak akan
dibangunkan untuknya sebuah istana di dasar surga Barang siapa mampu
mempercantik akhlaknya, maka kelak akan dibangunkan untuknya sebuah istana di
surga.
Wahb bin Munabbih berkata: “Dalam kitab
Taurat terdapat 27 nasihat salah satunya berisi keterangan bahwa barang siapa
yang mampu menahan amarahnya, maka dia akan berada di sisi Allah”.
Dalam
kehidupan social, masyarakat jawa menurut Franz Magnis Suseno, memiliki
kaidah dasar yang mempengaruhi relasi _egara mereka, yakni prinsip rukun dan
hornat. Kedua prinspi ini mengacu pada tujuan social masyarakat Jawa, yakni
tujuan keselarasan hidup berupa terciptanya keselarasan hidup berupa
terciptanya kondisi mayarakat tanpa konflik, tanpa gejolak, menerima dan
menaruh hormat pada individu-individu sesuai dengan posisi social yang
ditempatinya.
Prinsip keselarasan dalam hidup selalu
menganjurkan untuk tidak mengembangkan ambisi dan persaingan dengan cara-cara
yang tidak elegan. Adagium Jawa “ngono yo ngono, ning ojo ngono”
merupakan dasar berpijak dalam mengendalikan diri dari tindakan yang bisa
menggannggu keselarasan _egara. Dalam bermasyarakat, ambisi, persaingan,
kelakuan kurang sopan dan keinginan untuk mencapai kepentingan pribadi
merupakan sumber ketidakharmonisan social yang harus dicegah.
Dalam masyarakat Jawa konflik sangat
dihindari dari pergaulan social. Kalaupun harus terjadi fenomena konflik dalam
masyarakat jawa berlangsung melalui beberapa tahap. Pertama, orang jawa akan
mengalah (ngalah) terlebih dahulu. Wong ngalah gedhe wekasane (orang
yang mengalah akan mendapat ganjaran yang besar) merupakan prinsip yang pertama
kali diterapkan oleh masyarakat Jawa ketika dia dihadapkan pada situasi yang
mengharuskan dia berkonflik dengan orang lain. Hal ini dilakukannya sambil
berharap agar orang lain tersebut menyadari, memahami dan mengerti apa yang
diinginkannya. Jika dengan ngalah, orang lain tidak mau menyadari juga, maka
dia akan melakukan tindakan yang kedua yaitu ngalih atau menghindari ketegangan
yang memuncak.
Etika Islam mengajarkan agar kita menjauhi
koflik dengan jalan menahan amarah, dalam hadis Rasulullah bersabda:
“Orang kuat bukanlah orang yang mampu
memenangkan gulat, tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang dapat
mengendalikan dirinya ketika marah”.
Madu dengan
Segala Khasiatnya
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ
الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ
قَتَادَةَ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ جَاءَ
رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ أَخِي
اسْتَطْلَقَ بَطْنُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اسْقِهِ عَسَلًا فَسَقَاهُ ثُمَّ جَاءَهُ فَقَالَ إِنِّي سَقَيْتُهُ عَسَلًا
فَلَمْ يَزِدْهُ إِلَّا اسْتِطْلَاقًا فَقَالَ لَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ جَاءَ
الرَّابِعَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا فَقَالَ لَقَدْ سَقَيْتُهُ فَلَمْ يَزِدْهُ
إِلَّا اسْتِطْلَاقًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
صَدَقَ اللَّهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ فَسَقَاهُ فَبَرَأَ
Artinya: “Bahwasanya
seorang lelaki _egara kepada Nabi saw, lalu berkata: “Saudaraku mengeluh
kesakitan perutnya, maka berkatalah Nabi: “Berilah madu”. Kemudian orang itu _egara
lagi pada hari keduanya. Maka berkatalah Nabi:” Berilah kepadanya madu”.
Kemudian dia _egara lagi pada hari ketiga, Nabi berkata pada, berilah kepadanya
madu”. Kemudian dia _egara kepada Nabi lalu berkata: “Saya telah laksanakan,
maka Nabi menjawab: “Allah telah benar, perut saudaramu yang dusta, berilah
kepadanya madu.” Maka diapun mememberi madu padanya lalu diapun sembuh.”
Madu adalah minuman yang
sudah tidak asing lagi bagi manusia dimana-mana. Minuman yang manis dan berbau
sedap itu adalah merupakan sumbangan yang tak ternilai dari sebangsa serangga
lemah, tetapi sangat besar jasanya. Lebah adalah sejenis serangga yang hidupnya
berkelompok dibawah pimpinan seekor ratu lebah yang sangat ditaati oleh
rakyatnya. Ratu lebah mempunyai rakyat sampai 50.000 ekor atau lebih. Dimana
saja sang ratu berkenan tinggal, rakyatnya dengan patuh mengikutinya. Itulah
sebabnya maka orang yang mau memelihara lebah, ratunya yang ditangkap terlebih
dahulu, lalu ditaruh pada tempat yang telah disediakan. Maka berkumpullah semua
masyarakat lebah disitu. Dari segi persatuan, lebah memang patut di contoh.
Dalam masyarakat lebah telah ada pembagian tugas yang sangat
teratur. Bila sang ratu mau dikawini, terbanglah ia keudara. Pejantan yang
paling kuat terbang, itulah yang berhasil mengawini ratu.Ratu kemudian
bertelur. Ada kelompok yang membangun sisiran sarang, tempat ratu bertelur.Ada
juga kelompok pengaman yang bertugas menjaga sarang. Kemudian yang lainnya
bertugas keluar mengisap sari pati bunga. Jadi lebah memakan makanan yang
sangat bersih, yaitu dari bunga tadi. Seekor lebah bisa menghasilkan satu liter
madu, setelah 80.000 kali keluar mengisap madu bunga-bungaan.Kalau setiap kali
keluar,terbangnya mencapai setengah kilometer, berarti pulang pergi dia terbang
satu kilometer. Sehingga yang 80.000 kali keluar akan berjumlah jarak yang
ditempuhnya 80.000 kilometer. Berarti jarak yang sekian jauh sudah mencapai dua
kali keliling dunia. Demikian gigihnya sang lebah mengumpulkan madu, bukan
untuk kepentingan sendiri, tetapi untuk manusia. Dia tidak mengharapkan imbalan
jasa atas segala usahanya itu,tidak pula meminta ucapan terima kasih.
Pernahkah terlintas dalam
hati anda untuk bekerja yang lebih bernilai dari karya sang lebah si serangga
lemah ? Bagi orang yang menyadari begitu tinggi pengorbanan lebah bagi
keberuntungan hidup manusia, maka tidaklah dia akan mau kalah dalam
mengorbankan sesuatu untuk kepentingan ummat. Pada mulanya madu itu disiapkan
untuk anak-anaknya.
Ada lagi keunikan lebah yang lain,dia tidak menyengat
kalau tidak diganggu. Kalau ada yang mengganggu, maka serentaklah mereka
melawan dengan penuh keberanian. Lebah kalau sudah menyengat sekali, dia tidak
menyengat lagi, karena sengatnya dia tinggalkan.
Bila lebah hinggap disuatu bunga, dia sangat
berhati-hati, dijaganya agar tangkai bunga tidak sampai patah, malah sehelai
daunpun takkan sampai gugur. Dia betul-betul mencari penghidupan dengan tidak
merugikan orang lain. Umpamanya semua manusia demikian, alangkah amannya
kehidupan didunia ini. Satupun takkan ada yang merasa teraniaya.
Bukan saja tidak merugikan,tetapi lebah malah
mendatangkan imbalan yang tak
ternilai bagi bunga yang dihinggapi.
Bilamana serbuk sari pada bunga jantan telah masak, maka dipindahkannyalah
serbuk sari tersebut kepada kepala
putik, terjadilah perkawinan antara bunga jantan dengan bunga betina, tumbuhlah
buah sebagai akibatnya. Demikianlah lebah membawa kebaikan disetiap bunga yang
dihinggapinya. Umpamanya setiap manusia mencontoh lebah dalam hal-hal seperti
itu, alangkah indahnya masyarakat manusia ini semuanya.
Dalam melakukan tugas sebagai wali nikah tadi, lebah
dibantu juga oleh serangga lain, seperti kumbang, kupu-kupu dan lain-lain. Juga
tak dapat kita lupakan jasanya dalam hal ini adalah _egara. Firman Allah dalam
al Qur’an surat al Hijr ayat 22 :
وَاَرْسَلْنَا
الرِّيحَ لَوَا قِحَ
Artinya :
Kami
tiupkan _egara itu untuk mengawinkan ( antara bunga jantan dengan bunga betina
).
Kembalilah kita analisa tentang madu. Suatu analisa yang
sungguh menarik. Madu adalah satu diantara milyaran tanda kemurahan dan
kekuasaan Allah Tuhan kita. Telah berabad-abad lamanya diadakan observasi dan _egara_e_g
dalam laboratorium-laboratorium dengan alat-alat modern. Semakin canggih alat
yang digunakan, semakin tersingkap rahasia-rahasia dari pati bunga yang telah
diproses jadi madu didalam tubuh lebah,serangga kecil lagi lemah itu. Akhirnya
sains mengakui bahwa madu adalah obat berbagai macam penyakit sebagai yang
diterangkan dengan _egara_e oleh Penciptanya sendiri dalam surat an Nahl ayat
68-69 :
وَاَوْحَى رَبُّكَ
ِالَى النَّحْلِ اَنِ اتَّخِذِى مِنَ اْلجِبَالِ بُيُوْتًاوَمِنَ
الشَّجَرِوَمِمَّا يُعْرِشُوْنَ- ثُمَّ كُلِى مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِى
سُبُلَ رَبِّكَ ذلُلاً يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَاشَرَابٌ مُخْتَلِفٌ اَلْوَنُهُ
فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ اِنَّ فِى ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ
Artinya :
Dan
Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah “Buatlah sarang dibukit-bukit,
dipohon-pohon kayu dan ditempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian
makanlah dari tiap-tiap ( macam ) buah-buahan, dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu ). Dari perut lebah itu keluarlah minuman (madu)
yang berbeda-beda warnanya. Didalamnya terdapat obat bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi orang yang mau berpikir.
Wahyu yang dimaksud dalam ayat tadi adalah wahyu instink
yang abadi, ibarat metode penyampaian ilmu, dengan cara mempersiapkan bakat
secara sepontan pada peringai tubuh si penerima wahyu hingga bisa dijamin bahwa
dia akan mau melaksanakannya dengan patuh.
Nah sekarang analisa kita tentang susunan dari pada madu.
Telah kita ketahui bunyi wahyu Allah
kepada lebah : Makanlah
dari tiap-tiap macam buah-buahan. Yang diisap oleh lebah adalah madu
bunga-bungaan, yang sebenarnya memang merupakan bagian yang penting dari buah
tersebut. Oleh karena buah itu mengandung gizi yang berjenis-jenis, maka tentulah
semua jenis gizi itu terisap oleh lebah, sebagai persiapan untuk makanan
anaknya nanti didalam sarangnya. Gizi-gizi yang bermacam-macam itulah yang dikeluarkan lagi oleh lebah dalam
madunya.
Madu warnanya memang berbeda-beda, karena tergantung dari
jenis bunga yang diisap lebah itu dan juga dipengaruhi oleh tempat pengumpulan
madu-madu tersebut. Sehingga ada yang warnanya putih, ada yang agak
kekuning-kuningan, ada yang merah dan lain-lain. Madu mempunyai bau yang khas
dan sedap. Al Qur’an mengatakan bahwa madu itu obat.
Madu terdiri dari dua macam gula segi enam (sudah
diterangkan dalam kandungan air susu ). Yang pertama adalah _egara_ dan yang
kedua adalah fruktase ( gula buah ). Oleh karena lebah makan zat buah-buahan
yang berjenis-jenis, maka kadar gula dalam madu _egara_e_g dengan proteinnya,
harus sama dengan komposisi masing-masing pada semua buah-buahan. Umumnya pada
buah-buahan lemaknya sedikit sekali. Yang menonjol adalah gula dan protein.
Dari bobot madu murni yang telah kristal, kita akan mendapat untuk setiap 71,4%
gula, kadar proteinnya 6,7 %. Sungguh ini suatu yang sangat menakjubkan. Segala
sesuatu disisi Allah sudah ada ukurannya sendiri-sendiri. Maka bersyukurlah
kita dengan kecanggihan tehnologi sekarang ini, semakin terbuka rahasia-rahasia
alam semesta yang selama ini masih terselubung jarang orang yang memikirkannya,
padahal ia itu walaupun bisu, tetapi, seakan-akan bercerita bahwa ia adalah
suatu teka teki yang rumit minta jawaban yang tepat. Sekaranglah mulai tampak
jawaban-jawaban positif yang bukan hanya merupakan terkaan saja. Sains dengan
segala kemampuannya memberikan jawaban yang kongkrit atas apa yang dulunya
masih dianggap rahasia.
Dalam madu itu terhimpun dua macam gula.Yang pertama
adalah jenis gula yang paling manis diantara sekian banyak jenis gula. Gula itu
adalah gula buah yang diistilahkan _egara_e. Yang kedua adalah jenis gula yang
paling penting bagi manusia diantara sekian banyak jenis gula. Gula itu banyak
terdapat dalam buah anggur,oleh karena itu dinamakan gula anggur dan
diistilahkan _egara_. Selain itu dalam madu tersedia unit-unit zat sederhana
yang fungsinya untuk membentuk energi pada makhluk hidup. Jadi kandungan madu
serba penting.
Pada manusia, gula jelas mempunyai peranan yang penting.
Gula terkandung dalam darah dengan ketentuan ukuran : Tiap-tiap 100 mili liter
darah, terkandung 100 mili gram gula. Itu sudah merupakan ukuran pas-pasan.
Bila konsentrasi gula dalam darah melebihi target itu, maka ginjallah yang
segera bertindak, kelebihan itu disaring
lalu dibuang bersama air kemih. Dan bilamana kadar gula kurang dari
ukuran itu, maka yang terjadi adalah penurunan energi secara umum, yang membawa
akibat kurangnya semangat pada penderita. Kalau demikian maka madu tidak ada
membawa efek _egara_e. Bagi yang
kelebihan tidak berbahaya, sementara yang kekurangan dijamin menjadi cukup.
Itulah madu, obat yang resepnya langsung dari al Qur’an dan sains merasa ta’jub
setelah mengetahui rahasianya. Gula itu diproses dalam hati. Jadi tugas dari
hati antara lain, mengubah gula menjadi unit-unit yang lebih kompleks dinamakan
_egara_e. Glykogen atau tepung hewani ini
sewaktu-waktu harus siap diolah lagi. Tetapi hati itulah yang punya
tugas. Umpamanya sesuatu ketika kadar _egara_ kurang dalam darah, maka hati
mendapat instruksi baru untuk mengubah _egara_e buatannya tadi menjadi _egara_.
Adapun dari mana hati itu tahu bahwa kadar _egara_ dalam darah kurang, dari
mana dia memperoleh instruksi kilat itu, sains kembali angkat tangan menyerah
kepada kebijaksanaan pengaturan Pencipta Agung.
Umpama lagi hati sedang menderita suatu penyakit,
kesehatan terganggu, sehingga tugas itu tidak bisa dia laksanakan, maka
perlulah gula ditambah dalam makanan sehari-hari untuk menambah kadar gula
dalam darah. Makanlah madu yang tidak mempunyai efek sampingan, insya Allah
sehat, karena disitu telah tersedia gula.
Sekarang perhatikan lagi kebaikan madu. Sebenarnya _egara_e
itu, adalah gula keton yang telah bersatu. Maksudnya bahwa _egara_e mempunyai
susunan keton. Ada _egar khas dari keton yang tidak baik. Yaitu sehabis oxidasi
makanan pada otot-otot dia suka mengumpul dalam darah. Oleh karena keton
mempunyai sifat asam,maka keton tersebut bisa merekatkan darah lantaran darah
memang suka mengental. Pada keton bisa timbul kondisi keracunan yang biasanya
disebut asidosis. Nah bagaimana cara mengatasi bahaya seperti itu.Madulah yang
sanggup tampil. Dia gunakan glukosenya untuk menolak terjadinya pengumpulan
keton dalam darah. Maha Sucilah Allah Pencipta Yang Maha Bijaksana. Bahaya yang
tadinya akan timbul telah disiapkan pula zat atau _egara lain untuk
mengatasinya.
Didalam madu Allah sudah menyiapkan apa yang
dinamakan “klaikoprotein” yang sangat
penting karena gunanya yang tiga macam,yaitu :
- Membentuk pembantu-pembantu organ tubuh atau enzim-enzim.
- Menyusun bermacam-macam _egara_.
- Membentuk jasad-jasad pelawan bibit penyakit.
Selain
itu, ingatlah bahwa protein ada juga pada madu. Protein inilah yang
mendatangkan rasa kenyang. Walaupun kadar protein pada madu kelihatannya
kurang, tetapi itulah sebenarnya yang pas-pasan.
Protein madu berguna
untuk bermacam-macam kepentingan. Disana terkandung garam-garam mineral yang
meliputi _egara-unsur penting seperti magnesium dan yodium. Jadi sarang tawon
mengambil andil juga dalam pembangunan protein selain mengandung sisa selain
lilin dan bahan-bahan lain.
Kesimpulannya
bahwa madu adalah salah satu obat yang resepnya langsung dari al Qur’an
sebagaimana telah dijelaskan. Dan memang sudah menjadi kenyataan bahwa madu
lebih bergizi dari daging maupun telur. Dalam madu sudah terkandung tujuh macam
enzim yang sangat berharga. Selain itu juga madu mengandung banyak mineral,
vitamin B kompleks, Vitamin C, dekstrim, pigmen tumbuhan, amino acid, protein
dan komponen _egara_e.
Penyakit-Penyakit Yang Dapat
Diberantas Dengan Madu
- Terganggunya alat pernafasan.
Sebelum kita sampai
kepada masalah bagaimana mengatasi gangguan alat pernafasan dengan madu, baik
kiranya kita ketahui _egar-ciri dari penyakit yang menimpa organ-organ pada
alat pernafasan itu. Antara lain adalah melemahnya kemampuan umum dari
penderita dan menurunnya semangat. Hal itu adalah merupakan akibat dari :
- Pengaruh virus-virus yang sekian banyak dan bibit-bibit penyakit yang memusnahkan sel-sel dan mengeluarkan racun-racun.
- Penggunaan sumber-sumber energi untuk mengganti panas yang hilang dan membangun kembali yang telah rusak.
Macam-macam gangguan alat
pernafasan adalah :
1.Influenza dan selesma.
Pada madu terkandung vitamin B kompleks dan vitamin C.
Penyebab dari penyakit skrabut adalah kurangnya vitamin C. Selain itu juga
vitamin C juga memiliki fungsi lain yaitu mempercepat pertumbuhan sel-sel dan
membantu melepaskan energi dalam gerakan. Vitamin itu juga meringankan
pengaruh-pengaruh dingin dan melawan selesma. Penyakit influenza adalah
terganggunya alat pernafasan. Madu bisa kita gunakan untuk mengatasi
penyakit macam itu. Sebaiknya madu
dicampur dengan perasan air jeruk besar yang dibuang bijinya. Kalau tidak
demikian madu itu bisa dicampur dengan makanan atau minuman yang panas. Itu
sangat mujarrab untuk menyembuhkan penyakit-penyakit dingin pada umumnya.
2.Batuk dan saluran
pernafasan kena radang.
Untuk
mengobati penyakit ini, madu juga sangat cocok. Dulunya orang langsung
menghirup madu bila kena penyakit batuk dan sesak,atau terkena radang pada
saluran pernafasan. Sekarang karena kemajuan ilmu pengetahuan, madu telah
diubah menjadi uap. Cara seperti itu lebih praktis karena madu dalam bentuk gas
bisa menembus segala penjuru pernafasan. Saluran pernafasan bisa dibersihkan dari
segala virus-virus dan bibit-bibit penyakit yang sempat dijumpainya disepanjang
saluran itu. Selain itu juga uap madu
itu bisa lewat menembus dinding alveolus dalam paru-paru, kemudian masuk
menyelusup ke dalam darah. Dengan demikian, maka dapat mengadakan operasi
pembersihan pada semua peralatan pernafasan.
3. Radang Amandel.
Amandel
atau tonsil dan juga lekum yang kena radang memang bisa diusap dengan madu,
sebagai pengganti alat pembersih yang lain. Karena _egara_ yang terkandung
dalam madu mempunyai kemampuan perekat terhadap bakteri dan bibit penyakit,
selain karena madu mengandung jasad-jasad pelawan bibit penyakit, yang sudah
kita bicarakan dibentuk oleh klaikoprotein.Madu adalah makanan yang sangat
mudah dicerna tanpa mengganggu lambung, dan juga rasanya yang sangat manis
menyebabkan kita senang meminumnya.Biasanya orang yang mau mengurangi berat
badan,dilarang banyak makan gula, tetapi madu tidak dilarang,karena tidak
membawa bahaya.
4. TBC atau sakit
paru-paru.
Para penderita penyakit
paru-paru terutama yang telah akut, harus diberikan madu setiap hari sebagai
bahan esensiil. Sebab madu itu akan memberi kesempatan kepada jaringan-jaringan
paru-paru supaya bisa tumbuh dengan baik. Juga protein yang terdapat dalam madu
yang tersusun dengan zat lain seperti klaikoprotein, yodium, magnesium maupun
ferum, akan membantu pembinaan sel-sel, serum dan penyusunan darah seperti
hemoglobin. Berat tubuh pasien juga bisa bertambah oleh madu, dan madu dapat
memberi kesegaran secara terus menerus.
B.Penyakit-penyakit yang lain.
- Sakit ginjal.
Sudah kita katakana bahwa
fungsi ginjal, sangat penting karena menyaring darah dari air kemih yang kotor.
Kalau ginjal kena radang, itu adalah akibat peradangan pada nephron-nephron, yaitu
pipa-pipa yang terdapat dalam ginjal. Dalam keadaan seperti itu, ginjal tidak
dapat mengembalikan protein yang terserap bersama air kemih. Kita sudah tahu
bahwa
protein sangat dibutuhkan
oleh tubuh untuk menimbulkan rasa kenyang. Kalau kita makan makanan yang biasa
yang mengandung banyak protein, dikhawatirkan bahwa konsentrasi protein akan
terlalu banyak dalam darah, yang akan mengakibatkan semakin berat kerjanya
nephron-nephron itu akibatnya juga akan mempertinggi tekanan pada kapiler
pembuluh balik dan bisa menimbulkan bengkak. Oleh karena itu madulah yang
paling cocok untuk mengobati penyakit ginjal itu. Maksudnya supaya pas-pasan
dan bisa mempercepat kesembuhan.
Kadar protein yang sedikit dalam madu tidak akan
menyebabkan naiknya tekanan darah.Dan unit-unit gula yang sederhana bisa
mempersiapkan energi bagi tubuh kita
tanpa mengalami kesulitan.
- Macetnya alat pencernaan.
Minum madu hikmahnya
sangat banyak, _egara segala macam bahaya yang dialami alat-alat tubuh, sudah
disiapkan cara mengatasinya oleh madu. Alat pencernaan umpamanya. Madu akan
memperlancar peredaran darah dan bisa meringankan isi makanan. Bilamana isi
makanan sudah menjadi ringan, akan mempergiat gerak usus untuk membagi-bagi
makanan. Dengan demikian alat pencernaan tidak macet. Kalau jenis gula yang
lain, bisa menimbulkan kesulitan pencernaan, tetapi gula madu tidak
demikian.Makanan yang lainpun kadang-kadang
ada yang sulit diserap dan dicerna, tetapi madu tidak pula demikian.
Karena madu banyak
mengandung glukuse, maka madu lebih bersatu dalam usus bagian atas,dan langsung
bisa pergi keotak dan otot-otot, sebab ia lebih cepat diubah menjadi glikogen.
Maka sebaiknya para olah ragawan banyak meminum madu untuk menambah kekuatan
dan semangat sesuai dengan prestasi yang diinginkan. Lihat saja sebagai contoh,
orang-orang yang terkenal seperti Sir Edmond Hellary, penakluk pertama puncak
Mount Everest yang terkenal tertinggi didunia. Dia pemimpin rombongan
penaklukan tersebut. Hellary gemar memelihara lebah dan menjadi langganan tetapnya
yang memberinya makanan sehat itu, sehingga ia berhasil melakukan pekerjaan
yang sungguh-sungguh berat. Dia mengatakan : “Madulah yang merealisir pekerjaan yang luar biasa ini”.
Lihat lagi salah seorang bekas petinju dunia yang pernah
menjuarai tinju yaitu Jim Loundus, walaupun bentuk badannya pendek, tetapi
beratnya cukup tinggi, sehingga pukulannya dapat merobohkan lawannya dengan
mudah, padahal umurnya baru 30 tahun. Salah satu kebiasaan Loundus untuk
memperoleh kesehatan, adalah dengan minum madu banyak-banyak sebelum makan.
Berkat madu dia jadi orang terkenal.
Kemudian lagi, Fillip Raisnegh. Mungkin ada orang yang
belum kenal juara kita ini. Dia adalah perenang ternama yang berhasil
menyeberangi danau Wondermeer sejauh 10 mil, Cuma dalam tempo delapan jam saja.
Selama berenang itu dia minum madu dan makanan-makanan kecil saja.
Para peserta lomba renang yang menyeberangi sebuah kanal
( terusan) di Inggris juga banyak minum madu untuk mempertahankan kondisi
kekuatan mereka. Karena kanal yang mereka tempuh terbentang dari antara Inggris
dan Perancis panjangnya sampai 20 mil.
Sebuah
majalah di Inggris bernama majalah Lanset, memuat tulisan seorang dokter bernama G.Thomas yang terkenal dalam
pengolahan madu atau obat penyakit jantung. Tulisan beliau berisi keterangan:
Madu mempunyai pengaruh yang patut mendapat perhatian dalam memberi kelancaran
kerja jantung, dan memberikan tenaga kembali kepada para penderita serangan
jantung.
Kata beliau seterusnya, bahwa madu juga memberi pengaruh
dalam menurunkan ketegangan saraf dan memudahkan tidur.Kalau sebelum tidur
minum madu campur susu,untuk apa repot-repot mencari jamu atau obat penenang
supaya cepat tidur. Tetapi gula campur susu, perlu dipikirkan, karena
kadang-kadang menimbulkan peragian dalam lambung, yang berakibat terbentuknya
gas-gas. Bila seseorang menderita pencernaan tidak normal,atau ada kelemahan
lambung, tak kan mampu bertahan dari bahaya gula, tetapi minum madu tidak
apa-apa jangan khawatir.
Gula putih adalah gula yang kompleks susunannya, dalam
kondisi biasa dibutuhkan proses pencernaan dan proses analisa sebelum tubuh
menggunakannya sebagai sumber energi. Tetapi madu telah dicerna oleh lebah
terlebih dahulu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Dr.Schwitt, seorang dosen di
Universitas Wiesconsin, bahwa madu mengandung semua mineral yang membentuk
kerangka tulang, terutama ferum, cuprum dan mangan. Ferum tersebut penting
sekali melihat hubungannya dengan
sel-sel merah, yaitu sel yang mengandung oxygen untuk kepentingan berbagai
jaringan tubuh.
Bagi anak, madu sangat penting untuk membangun tulang
yang sehat dan gigi yang kuat. Dan anak-anak akan senang meminumnya karena
manis dan aroma madu tidak menusuk.
Yang tak kalah menariknya, bahwa berkat madu maka allergi
dapat diatasi. Biasanya dokter menganjurkan para korban allergi untuk
menggunakan obat penimbul batuk,yang mana obat ini membutuhkan madu dalam
susunannya. Satu pound madu (pound Inggris 453,6 gram ) memuat sekitar 1400
kalori. Maka tidaklah ada ucapan yang lain yang pantas kita ucapkan bagi lebah
yang dengan tekun memproduksi madu untuk kesehatan kita, selain dari ucapan
banyak-banyak terima kasih, walau lebah itu sendiri tidak pernah mengharapkan
yang demikian itu.
- Untuk mengobati penyakit lemah seluruh tubuh.
Madu
adalah minuman yang mengandung _egara-unsur penyusun yang penting dan membantu
kelancaran keluarnya getah-getah dari kelenjar-
kelenjar. Madu itu
mensuply kepada kelenjar-kelenjar tersebut _egara-unsur mineral maupun lainnya,
dan mencegah terjadinya kemacetan. Madu memberi semangat dan dapat memelihara
suhu badan karena dalam madu terkandung dua macam gula yang berlawanan yaitu
glukosa aldehida dan _egara_e keton. Ciri khas seperti itulah yang tidak bisa dilakukan oleh obat-obat yang
lain pada waktu bersamaan. Maka dengan demikian madu digunakan juga sebagai obat turun panas.
- Orang-orang Timur Tengah dari zaman dahulu sudah mengetahui khasiat madu,apalagi kalau dicampur dengan bawang putih dan roti,akan menghasilkan kekebalan bagi tubuh untuk melawan penyakit dan proses ketuaan.
Hipocrates
filosof terkenal dari Yunani zaman dahulu, mengatakan bahwa madu mendatangkan
rasa hangat, menyembuhkan bisul dan luka.
Itu
memang benar, malah bisa digunakan sebagai salep untuk luka _egar atau tersiram air panas, menyembuhkan peradangan
dan mencegah pembusukan.
Kalau
diminum diwaktu malam akan menimbulkan kesegaran dan semangat kerja setelah
bangun.
PERINGATAN MAULID NABI SAW Sebagai Bentuk Kearifan
Terhadap Tradisi
مَنْ
سََنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً
فَلَهُ اَجْرُهَا وَاَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ اِلَى يَوْمِ
اْلقِيَامَةِ وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَلَهُ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا مِنْ بَعْدِهِ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامةِ
Artinya :
Barang siapa
merintis
dalam Islam jalan yang
baik, maka
baginya pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya, sampai hari
kiamat. Dan barang siapa merintis jalan yang jelek, maka baginya dosanya
dan dosa orang yang mengamalkannya
sesudahnya sampai hari kiamat.-
Dalam masyarakat kita
terutama ummat Islam di Indonesia, pada setiap bulan Rabi’ul Awwal diadakan
upacara Peringatan Maulid Nabi Saw.
Upacara semacam itu bukan hanya diadakan oleh masyarakat
saja, bahkan pemerintah juga mengadakan upacara seperti itu. Malah bukan hanya
itu saja. Peringatan Isro’ Mi’raj, Nuzulul Qur’an selalu disambut dengan
upacara meriah.
Kalau
kita membaca sejarah, sebenarnya upacara seperti itu, tidak pernah diadakan
pada zaman Nabi, juga tidak pernah pada zaman sahabat. Demikian pula pada zaman
Tabi’in. Jadi pekerjaan itu adalah bid’ah. Tetapi bid’ah yang hasanah atau
baik. Sama saja dengan membuat Madrasah, membuat Panti Asuhan, menyusun buku
dan lain – lain. Sekalipun perbuatan itu
termasuk bid’ah, tetapi manfaatnya sudah jelas terlihat. Dalam hal ini kita
berpegang pada firman Allah dalam surat al Hajj ayat 30 :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللهِ
فَهُوَ خَيْرٌلَّهُ عِنْدَ رَبِّهِ
Artinya:
Yang demikian itu, dan barang siapa
mengagungkan apa yang terhormat disisi
Allah, maka ia lebih baik baginya disisi Tuhannya.
Dalam
ayat ini jelas bahwa mengagungkan sesuatu
yang dihormati disisi Allah seperti bulan – bulan harom, yaitu Rajab,
Dzul qoidah, Dzul hijjah dan Muharrom, itu sangat baik. Begitu pula menghormati
tempat-tempat yang terhormat seperti Tanah Harom Makkah dan Madinah.
Selanjutnya
ayat 32 mengatakan :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَاللهِ
فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى اْلقُلُوْبِ
Artinya:
Yang demikian itu, dan barang
siapa mengagungkan syi’ar – syi’ar Allah, sesungguhnya ia dari taqwanya hati.-
Yang
dimaksudkan dengan syi’ar – syi’ar Allah adalah amalan – amalan dalam ibadah
haji dan tempat – tempat mengamalkannya seperti Ka’bah, bukit Shofa, bukit
Marwah dan lain – lain.
Kalau
mengagungkan hal – hal ini adalah perbuatan terpuji, maka akan lebih terpuji
lagi mengagungkan Baginda Rasulullah Saw. Karena beliau adalah kekasih Allah
termulia diantara sekian banyak makhluknya.
Para
sahabat Nabi mengagungkan beliau dengan cara membelanya dengan jiwa raganya,
dengan menghidupkan sunnahnya. Juga para sahabat mencium tangan beliau, mencium
kepala beliau yang mulia, juga dengan
mencium kaki beliau yang suci. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Bakar bin
Muqri :
عَنْ اَبِيْ بَزَّةَ قَالَ دَخَلْتُ مَعَ
مَوْلاَيَ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَبَّلْتُ يَدَهُ وَرَأْسَهُ وَرِجْلَهُ
Artinya:
Dari Abi Bazzah beliau berkata
: “Saya bersama budak saya Abdullah bin Sa’ib masuk kepada Nabi Saw. Saya
mencium tangan beliau, dan kepala serta kaki beliau.
Bagi kita yang sekarang,
mengagungkan beliau dengan menghidupkan sunnahnya, banyak – banyak membaca
sholawat. Dan yang tak kalah pentingnya adalah mengagungkan hari kelahiran
beliau, dengan pengajian riwayat hidup beliau, menjamu para tamu, membaca al
Qur’an, membaca zikir, sholawat dan lain – lain.
Itu semua merupakan salah satu cara mengagungkan Baginda
Rasulullah Saw.
Dalam kitab الاصابة فى
تمييز الصحابة karangan Imam Ibnu Hajar al Asqollani pada
tarjamah طلحة بن البراء الانصاري diterangkan :
اِنَّهُ لَمَّا لَقِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ غُلاَمٌ فَجَعَلَ يَدَنُوْ مِنْهُ وَيُلْصِقُ بِهِ
وَيُقَبِّلُ قَدَمَيْهِ وَيَقُوْلُ :
مُرْنِيْ بِمَا اَحْبَبْتَ يَارَسُوْلَ اللهِ
فَلاَ اَعْصِى لَكَ اَمْرًا. فَسَرَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَاَعْجَبَ بِهِ ثثمَّ مَرِضَ وَمَاتَ فَصَلَّى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرِهِ وَدَعَالَهُ وَقَالَ اَللَّهُمَّ اْلقَ طَلْحَةَ وَاَنْتَ تَضْحَكُ اِلَيْهِ
وَهُوَ يَضْحَكُ اِلَيْكَ
Artinya:
Sesungguhnya ketika beliau (
Tholhah ) berjumpa dengan Nabi Saw. Sewaktu beliau masih muda. Beliau langsung
mendekat dan mendekatkan badannya dengan Nabi. Beliau mencium kedua kaki Nabi,
sambil berkata : “Ya Rasulullah suruhlah saya, dengan apa saja yang engkau
inginkan. Saya tidak akan durhaka padamu.” Nabi sangat senang kepadanya.
Kemudian Thalhah sakit langsung wafat. Rasulullah Saw. Sholat diatas kuburnya,
dan berdo’a untuk beliau : “Ya Allah, sambutlah Tholhah, sambil Engkau tertawa
(senang ) kepadanya, dan iapun tertawa padamu.
Demikianlah cara sahabat ta’zim kepada Rasulullah Saw.
Maka tidak dikatakan berlebihan apabila
kita sekarang, merayakan hari kelahiran beliau dengan bermacam – macam ibadah,
yang mana ibadah – ibadah tersebut adalah sangat disenangi oleh beliau.
Maka bagaimanapun orang tidak setuju dengan Perayaan
Maulid Nabi, insya Allah akan tetap kita rayakan. Di _egara – _egara Timur
Tengah seperti di Iran, Qatar, Siria, Mesir, Libanon, Oman, Bahrain, Abu Dlobi
dan lain – lain, Perayaan Maulid Nabi selalu dirayakan sebagaimana dapat kita saksikan melalui
pesawat _egara_e.
Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim juga
diterangkan, sabda Rasulullah Saw :
Peringatan
Maulid sudah terang baiknya, karena menghormati atau memuliakan junjungan kita
Nabi Muhammad Saw, dengan upacara yang meriah. Biasanya dalam upacara itu
selain kita menyiapkan santapan jasmani berupa bermacam – macam hidangan, juga
yang lebih kita pentingkan adalah santapan rohani. Santapan rohani yang biasa
disajikan pada ketika itu, adalah khas sekali, yaitu riwayat hidup Baginda
Rasulullah Saw.
Dalam
buku ini, kita akan membicarakan riwayat beliau itulah. Cuma saja hanya sekitar
kelahiran beliau.
Orang
yang pertama kali mengadakan upacara peringatan Maulid Nabi adalah seorang Raja
yang sangat adil, alim lagi sholih, wara’ lagi zuhud, yaitu Al Malikul
Muzhoffar Abu Sa’id, penguasa negeri Irbila. Beliau wafat pada tahun 630 H.
Seorang alim yang bernama Ibnu Dihyah menyusun kitab yang berisikan biografi
Rasulullah Saw. Kitab itu diberi nama At Tanwir fii Maulidil Basyirin Nadziir.
Al
Malikul Muzhoffar menganugrahkan hadiah untuk beliau 1000 dinar ( uang emas )
.-
Dalam
peringatan Maulid yang beliaua adakan, Raja itu menghabiskan dana sampai
300.000 dinar. Menurut penjelasan salah seorang yang pernah menghadiri upacara
yang beliau adakan, kambing saja yang beliau sembelih 5.000 ekor, ayam 10.000
ekor.
Dalam
upacara yang beliau adakan, rakyat diperlukan hadir, demikian pula alim ulama,
ahli shufi dan juga para pejabat pemerintah. Sehingga diperhitungkan setiap
kali Maulid beliau menghidangkan 100.000 piring santapan dengan 30.000 piring
jajan.
Peringatan
Maulid yang kita adakan untuk menampakkan rasa syukur dan mahabbah kita kepada
Baginda Rasul yang kita junjung tinggi. Landasan berpijak kita dalam hal ini,
adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim demikian :
اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَدِمَ اْلمَدِيْنَةَ فَوَجَدَ اْليَهُوْدَ يَصُوْمُوْنَ يَوْمَ
عَاشُوْرَاءَ فَسَأََلَهُمْ فَقَالُوْا هُوَ يَوْمٌ اَغَرَقَ اللهُ فِيْهِ
فِرْعَوْنَ وَنَجَّى مُوْسَى وَنَحْنُ نَصُوْمُ شُكْرًا فَقَالَ نَحْنُ اَوْلَى
بِمُوْسَى مِنْكُمْ .
Artinya :
Ketika
baginda Nabi Saw. Tiba di Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi berpuasa
pada hari Asyuro’. Beliau bertanya kepada mereka (tentang sebab-sebabnya ).
Mereka menjawab : “Asyuro’ adalah hari dimana Allah menenggelamkan Fir’aun dan
menyelamatkan Nabi Musa As. Kami mempuasakannya adalah karena syukur”. Maka
beliau bersabda: “Kamilah yang lebih utama dengan Nabi Musa dari pada kamu
sekalian “.
Nah,
kalau hari terlepasnya Nabi Musa dari bahaya maut yang mengancam jiwa beliau,
dimuliakan, apalagi hari lahirnya junjungan kita yang maha mulia itu. Cuma saja
orang Yahudi memuliakan hari itu dengan diperintahkan berpuasa, tetapi kita
memuliakan hari Maulid Nabi kita dengan santapan rohani, santapan jasmani dan
ibadah – ibadah lain. Dalam hal ini yang berbeda Cuma cara, sedangkan tujuan
pokok adalah sama persis. Abu Lahab saja walaupun ia musuh Allah dan Rasul yang
kelas kakap, mendapat keringanan siksa setiap hari kelahiran Nabi yaitu hari Senen, adalah
karena rasa gembiranya ketika menyambut kelahiran beliau. Dan air susu budak
yang dia merdekakan untuk menyusukan beliau dibalas dengan air sejuk keluar
dari sela-sela jarinya sebesar empu jarinya. Demikian diceritakan oleh
Sayyidina Abbas saudaranya, katika Sayyidina Abbas mimpi bertemu dengan Abu
Lahab setelah matinya Abu Lahab.
Dalam
sebuah hadits yang dlo’if diterangkan bahwa Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًالَهُ
يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَمَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَنَّمَا
اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذهَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى
Artinya :
Barang siapa membesar-besarkan
maulidku maka aku memberi syafaat baginya nanti dihari kiamat, dan barang siapa
mendermakan satu dirham untuk maulidku, maka seolah-olah ia mendermakan satu
gunung emas pada sabilillah Ta’ala.-
Kata
Sayyidina Abu Bakar Ra. :
مَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِ
النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِى اْلجَنَّةِ .
Artinya :
Barang siapa mendermakan
sedirham pada maulid Nabi Saw. Dia adalah temanku nanti disurga.-
Kata
Sayyidina Umar ra.:
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى الله
ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ اَحْىَ اْلاسْلاَمِ
Artinya:
Barang siapa membesarkan Maulid
Nabi Saw, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.
Kata Sayyidina
Usman Ra.:
مَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَأةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَكَأنَّمَا شَهِدَ يَوْمَ
وَقْعَةِ بَدْرٍ وَحُنَيْنِ
Artinya :
Barang siapa menafkahkan
sedirham untuk membaca Maulid Nabi Saw, maka seolah – olah ia menyaksikan
perang Badar dan Perang Hunain.
Kata
Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah :
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا اِلاَّ بِاْلاِيْمَانِ
Artinya :
Barang siapa membesar-besarkan
maulid Nabi Saw, maka ia tidak akan mati kecuali dengan iman
Kata
Imam Syafi’I :
مَنْ جَمَعَ لِمَوْلِدِ النَّبِىِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِخْوَانًا وَهَيَّألَهُمْ طَعَامًا وَعَمِلَ اِحْسَانًا
بَعَثَهُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَعَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِيْنَ وَيَكُوْنُ فِى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ
Artinya :
Barang siapa mengumpulkan orang
untuk merayakan Maulid Nabi Saw dan menyiapkan santapan bagi mereka, dan ia
berbuat baik, maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat beserta para
shiddiqin, dan para syuhada’ serta para sholihin. Dan akan masuk Jannatun Na’im
.
Kata
Surri as Suqthi :
مَنْ قَصَدَ مَوْضِعًا يُقْرَأُ فِيْهِ
مَوْلِدُ النَّبِىِّ فَقَدْ اُعْطِيَ رَوْضَةً فِى اْلجَنَّةِ لأِنَّهُ مَا قَصَدَ
ذلِكَ اْلمَوْضِعَ اِلاَّ لِمَحَبَّتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
Artinya:
Barang siapa berjalan menuju
tempat yang dibaca padanya Maulid Nabi Saw, maka sesungguhnya ia diberi satu
taman surga. Karena tiadalah ia _egara ketempat itu,
kecuali lantaran cintanya kepada Nabi Saw.-
Rasulullah Saw pernah bersabda :
مَنْ اَحَبَّنِى كَانَ مَعِى
فِى اْلجَنَّةِ
Artinya :
Barang siapa mencintai aku,
adalah ia bersamaku nanti disurga.
Demikianlah
pegangan yang kuat dalam mengadakan upacara Maulidan.
Adapun masalah yang
mengilhami Al Malikul Muzhoffar Abu Sa’id mengadakan upacara Maulidan, adalah
untuk membangkitkan semangat juang ummat Islam pada waktu itu. Karena beliau
saksikan sendiri, bahwa ummat Islam ketika itu mundur dan pengecut dalam
membela agama. Beliau susah karena bangsa Tartar dan Mongol, sudah mendekati
negaranya untuk menjajah. Negara – _egara
Islam lainnya, malah sudah banyak yang jatuh ke tangan mereka.
Kalau
ummat Islam akan tetap pengecut, berarti ummat Islam akan jatuh ketangan
orang-orang kafir. Untuk membangkitkan dan menghidupkan semangat mereka, maka
bertepatan dengan ulang tahun kelahiran
Nabi,
KEARIFAN RASUL DALAM BERDAKWAH
Rasulullah
Saw Berda’wah ke Tho’if
اَللَّهُمَّ
اهْدِ قَوْمِيْ فَاِنَّهُمْ لاَ
يَعْلَمُوْنَ
Artinya:
“Ya Tuhankau berilah kaumku hidayah karena
mereka belum mengetahui (bahwa saya adalah utusanmu ).
Setelah mengalami sekian banyak rintangan
dan ancaman dari orang kafir Makkah. Beliau keluar meninggalkan Makkah menuju
sebuah negeri disebelah tenggara Makkah. Negeri itu adalah Tho’if yang dihuni
oleh qabilah Bani Tsaqip. Tho’if terkenal subur. Beliau ditemani oleh bekas
budaknya bernama Zaid bin Haritsah. Negeri Tho’if pada waktu itu dipimpin oleh
tiga orang bersaudara yaitu Abdu Yalil, Mas’ud dan Habib. Ketiganya adalah
putra Amru bin Umair. Beliau langsung menemui ketiga pemimpin negeri Tho’if.
Sebulan lamanya beliau merayu mereka
dengan cara sangat bijaksana. Ada riwayat lain mengatakan 10 hari lamanya.
Rupanya waktu itu harapan tinggal harapan. Kenyataan yang beliau temui
sebaliknya dari apa yang didambakan. Beliau diterima dengan segala kekasaran.
Bahkan bukan hanya itu. Yang lebih parah lagi adalah diusir dengan kejam,
disoraki dan dilempari dengan batu. Anak-anak dan budak-budak Tho’if
mengeroyok beliau dengan tidak ada belas
kasihan. Lemparan batu yang sekian seru itu hanya ditangkis oleh Zaid seorang
diri. Maka beliau berdua sampai berdarah karena lemparan itu. Bilamana beliau
merasa letih betul karena lemparan dan serangan yang bertubi-tubi itu, beliau
duduk istirahat. Tetapi orang-orang kafir itu
membangunkan beliau kembali lalu dilempari dan disoraki.
Beliau terpaksa meninggalkan Tho’if dengan
hati sedih. Ketika itu datanglah seorang Malaikat yang bertugas menjaga gunung menawarkan bantuannya: “Wahai
Muhammad, saya tunggu perintah anda kepada saya untuk menghimpit semua penduduk
Tho’if dengan gunung Abi Qubais dan Qu’aiqi’an. Biar mereka mampus semuanya.
Mereka telah berbuat kurang ajar terhadap perintah Allah.”
Baginda Nabi menjawab dengan nada kasihan:
“Jangan sampai demikian wahai Malaikat. Mereka belum tahu bahwa saya adalah
utusan Allah. Nanti kalau mereka tahu
tentu mereka akan masuk Islam. Umpamanya mereka tidak akan mau, mungkin anak
cucu mereka yang akan menjadi
orang-orang yang beriman.”
Demikian sabarnya Nabi. Sedikitpun beliau
tidak merasa dendam. Dalam perjalanan pulang beliau beristirahat ditempat yang
teduh dekat kebun Uthbah dan Syaibah. Kedua orang itu adalah musuh Allah dan
Rasulnya. Rasulullah Saw berdo’a yang maksudnya: Ya Tuhanku, kepadamulah aku
adukan kelemahanku, wahai Tuhanku Yang Maha Pengasih Penyayang. Engkaulah
penjaga orang-orang yang diremehkan. Kepada siapakah Engkau akan menyerahkan
aku. Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak perduli.”
Tersentuh juga hati kedua musuh Allah itu
melihat penderitaan Nabi. Disuruhnya
budaknya mengantarkan Baginda buah anggur. Adas nama budak itu,
datanglah ia mengantarkan buah anggur itu. Sewaktu Baginda akan menyantapnya,
beliau membaca “بسم الله الرحمن الرحيم “.Adas tercengang keheranan mendengar ucapan itu. Dia berkata:
“Bacaan seperti itu biasa dibaca oleh orang Ninuwa ( Ninive ).”
Beliau bertanya: “Anda dari mana dan apa
agamamu ?”
“Saya dari Ninuwa ( Ninive yaitu sebuah
negeri ditepi sungai Dajlah, pada ujung _ocial Iraq. Didekatnya negeri Mushil,
negeri itu adalah negeri Nabi Yunus ). Agama saya adalah Nashrani.
“Ninuwa adalah negeri saudaraku Yunus.”
“Dari mana anda tahu Yunus ?”
“Beliau adalah Nabi sama dengan aku.”
Mendengar jawaban itu, Adas masuk Islam.
Diciumnya wajah Nabi sampai kakinya. Perbuatan itu dilihat oleh majikannya.
Sewaktu kembali dia ditanya dan dimarahi karena masuk Islam.
Jibril _ocial menghadap beliau dan bersabda: “Wahai
Muhammad saya disuruh menghadap untuk mambantumu. Apa yang anda inginkan untuk
menghancurkan penduduk Tho’if saya akan melakukan.” Baginda Nabi lalu bersabda:
اَللَّهُمَّ
اهْدِ قَوْمِيْ فَاِنَّهُمْ لاَ
يَعْلَمُوْنَ
Artinya:
“Ya Tuhankau berilah kaumku hidayah karena
mereka belum mengetahui (bahwa saya adalah utusanmu ).
Sabda Jibril : “Maha benar Allah yang
menamakan anda penyantun lagi penyayang.”
Beliau bermalam di Nakhlah. Tengah malam
beliau bangun sholat tahajjud dan membaca al Qur’an. Ketika itu ada 7 orang jin
sedang berkeliling, mencari sesuatu yang menjadi penyebab mengapa mereka tidak
diberi naik mendengar qalam yang menulis di Lauhil Mahfudz. Ketujuh orang jin
itu kebetulan lewat disana. Alangkah herannya mereka mendengar bacaan itu.
Mereka berkata: “Ini ada kitab diturunkan sesudah Taurat Nabi Musa. Mungkin
dialah yang menyebabkan kita tidak diberi naik lagi.”
Mereka semua menghadap kepada Baginda Nabi
dan menyatakan keislamannya. Mereka belajar al Qur’an dan cara beribadah.
Baginda Nabi menyuruh mereka berda’wah kepada teman-temannya. Diceritakan bahwa
tiap-tiap orang dapat mengislamkan 10.000 orang jin.
Besoknya beliau langsung pulang ke Makkah
dan melanjutkan da’wahnya. Berselang beberapa lama sesudah itu tepat pada malam
Senin tanggal 27 Rajab dalam usia 51 tahun 4 bulan 15 hari, beliau di Isro’
dengan mengendarai Buroq ke Masjidil Aqsho. Dari situ beliau dinaikkan dengan
mi’roj ( tangga ) yang diturunkan dari surga Firdaus ke Hadlratul Qudsi. Beliau
dihibur dengan menyaksikan keajaiban alam Malakut, melihat langsung surga yang
penuh nikmat.
Perjalanan luar biasa itu, mendatangkan
fitnah yang sangat besar dari orang-orang kafir Makkah. Semakin mereka menuduh
Nabi gila. Pada malam itu beliau menerima perintah sholat yang 5 ( lima ) waktu
dan bermacam-macam nikmat lagi.
Fiqh
Lokal
Disiplin
keilmuan Islam lainnya yang menjadi fakta sejarah bagaimana doktrin Islam
mengaprisiasi budaya lokal adalah ilmu fiqih.
Sebagai institusi pembebas, fiqh harus dimaknai proses bukan produk
monumental. Hukum Islam atau fiqh, memiliki karakteristik
yang jauh berbeda dengan hukum dalam pengertian ilmu hukum modern. Hukum Islam
dikembangkan berdasarkan wahyu di samping pemikiran manusia dan juga diwarnai
oleh _ocia kelokalan di samping _ocia keuniversalan. Dengan demikian, fiqh
dikatakan sebagai hasil akhir dari suatu proses dialogis dan dialektis antara
pesan-pesan samawi (normativitas) dengan kondisi _ocial bumi (historisitas).
Aturan-aturan yang terbukukan dalam berbagai kitab fiqh tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh cara pandang manusia, baik secara pribadi maupun _ocial. Dengan
demikian, selain sarat dengan nilai teologis,
fiqh juga memiliki watak sosiologis.
Dengan penjelasan di atas, fiqh berarti dapat
membentuk dan dibentuk oleh masyarakat. Hubungan yang saling mengisi ini
menunjukkan betapa _ocial__ muatan _ocial__ dalam fiqh itu. Kuatnya muatan _ocial__
itu dapat dibuktikan dengan keterbukaan fiqh untuk menerima konsep ‘urf,
istihsan serta istislah sebagai bagian dari sumber-sumber fiqh.
Ada beberapa bukti kesejarahan
lainnya untuk menunjukkan bagaimana kondisi _ocial budaya memberikan pengaruh
kuat terhadap pembentukan fiqih. Adanya qaul _ocia dari Imam Syafi’I yang dikompilasikan setelah
sampainya ia di Mesir, ketika dikontraskan dengan qaul qadim-nya yang dikompilasikan di Irak, merefleksikan
adanya pengaruh dari tradisi _ocia kedua
negeri yang berbeda. Imam Malik percaya
bahwa aturan _ocia dari suatu negeri harus dipertimbangkan dalam
memformulasikan suatu ketetapan, walaupun ia memandang _ocia atau ‘amal ahl al-Madinah sebagai _ocial__ yang
paling otoritatif dalam teori hukumnya, merupakan bukti lain dari kuatnya
pengaruh kultur setempat tidak pernah dikesampingkan oleh para juris muslim
dalam usahanya untuk membangun hukum. Bagi Malik ‘Amal ahli Madinah ini lebih
kuat dari hadis Ahad (transmisi tunggal). “Al-‘amal atsbat min al-hadits”,
katanya. Pendirian Malik yang menghargai tradisi _ocia Madinah tersebut terus
dipertahankan meski banyak ulama yang menentangnya dan meski harus berhadapan
dengan rezim yang berkuasa. Pada suatu saat, Khalifah Abbasiyah Abu Ja’far
al-Manshur, memintanya agar kitab Muwattha’ yang menghimpun hadits-hadits Nabi
karyanya dijadikan sumber hukum positif yang akan diberlakukan diseluruh
wilayah Islam. Imam Malik menolak, katanya: “ Anda tahu bahwa diberbagai
wilayah negeri ini telah berkembang berbagi tradisi hukum sesuai dengan
tuntutan kemaslahatan setempat. Biarkan masyarakat memilih sendiri panutannya.
Saya kira tidak ada _ocial_ untuk menyeragamkannya. Tidak ada seorangpun yang
berhak secara eklusif mengklaim kebenaran atas namaTuhan
ISLAM LOKALITAS
Karakter dan watak Islam
sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an adalah sempurna. Kesempurnaan ini harus
dilihat pada prinsip-prinsip dasar yang terdapat pada Islam yang sangat lentur
dan kemampuannya untuk terbuka dengan peradaban lain di luar Islam. Sejarah
Islam telah memperlihatkan suatu dinamika internal dan eksternal dalam
memberikan warna terhadap peradaban manusia.
Munculnya Islam sebagai
suatu peradaban, bukanlah peristiwa yang bersipat kebetulan, tetapi merupakan
suatu rangkaian proses yang dilakukan secara sistematis dalam menghadapkan
doktrin Islam dengan suatu setting sejarah. Dalam proses demikian, jelas sekali
peran umat Islam dalam melakukan perambahan intelektual, yang kemudian
melahirkan pemikiran Islam dalam upaya memberikan respon terhadap berbagai
permasalahan atau menjadikan Islam sebagai kekuatan sejarah.
Islam adalah agama yang
terbuka terhadap pemikiran diluarnya. Dari perspektif sejarah bisa diketahui
bahwa begitu keluar dari Jazirah Arabia dan mendapati kekayaan peradaban dan
budaya yang lebih tinggi, tanpa banyak membuang waktu, mengadaptasi dan
menjadikannya seperti milik sendiri.
Keterbukaan terhadap
peradaban lain dan rasa percaya diri yang kuat terhadap kemampuan menalar tanpa
taklid buta, merupakan kunci penting dalam melahirkan produk pemikiran. Sikap
semacam inilah yang dianut oleh pemuka imam mazhab terdahulu. Misalnya, Imam
Abu Hanifah menyatakan: “mereka (para ulama terdahulu) adalah manusia biasa,
dan kitapun manusia. Kita mesti berterima kasih atas karya dan pemikiran
mereka, walaupun kita tidak mengikuti pendapat mereka”.
Ajaran normative dan
sejarah Islam yang sangat terbuka dan mengapresiasi tradisi local kiranya bisa
menjadi modal bagi umat Islam dalam memasuki era multikulturalisme. Setiap
manusia, apa dan bagaimanapun tradisinya, menempati posisi sejajar yang patut
dihargai dan diakui keberadaannya. Oleh karenanya, bagi Islam,
multikulturalisme malah menjadi celah dalam upaya mewujudkan visi Islam yang
rahmatan lil alamin.
Wa ba’du, menghadirkan Islam “yang arab” ke suatu masyarakat _ocia bukan dalam arti menjadikannya sebagai
kebenaran tunggal atau menepikan seluruh kebenaran _ocia yang selama ini
“menafasi” mereka. Pemaksaan demikian bisa jadi menjerembabkan mereka ke dalam
alienasi, keterasingan dalam beragama. Maka ia mesti dihadirkan lebih dalam arti komplementer, saling melengkapi
antara kebenaran bawaan Islam sono dan kebenaran _ocia sini. Tanpa saling
menegasi, tapi saling mengafirmasi kebenaran (_ocial maupun potensial) hingga
yang muncul adalah kearifan terhadap kebenaran itu sendiri. Pada gilirannya
yang terhayati umat adalah Islam yang dekat, yang tidak senjang, yang ramah
yang merangkul. Rasanya kok itu yang dihidmati jargon (congkak!) bahwa Islam
senantiasa “shalih li kulli zamani wa makanin”..
Mujaddid Lokal
hadis Nabi Muhammad SAW. Akan munculnya
“kekeliruan” atau penyimpangan prilaku umat Islam , statika berpikir, dan
tercemarnya ajaran Islam di masa yang akan _ocial sebagai akibat langsung atau
tidak langsung perjalanan _ocial__n yang sangat panjang secara evolutif (taklid, bid’ah dan
khurafat), ternyata sudah diprediksikan secara akurat oleh Nabi. Asumsi ini
secara _ocial__ setidaknya didasarkan pada hadisnya yang berbunyi:
إن
الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها...([1]
Berdasarkan hadis ini, jelas bahwa Allah akan
mengutus kepada umat Islam pada setiap awal abad seseorang (kelompok) yang
akan membawa misi tajdi>d
dalam konteks pembaharuan pemikiran keagamaan. Kata kerja yujaddidu
mengandung konsep tentang pemberian bentuk kehidupan baru untuk mengubah
substansi yang lama, kehidupan yang menyatukan pesan abadi al-Qur’an dengan
praktik Nabi Muhammad dan ulama salaf. Mengenai kata tajdi>d (bentuk
masdar dari jaddada-yujaddidu), yang diadopsi sebagai salah satu doktrin
fundamental dari pembaharuan Islam, mencakup konsep tentang purifikasi, karena
misi pembaharuan yang esensial adalah untuk memurnikan Islam dan mereformulasikan
secara _ocial__n validitas dan ketakberubahan dogma.
Menurut Maududi mujaddid yang akan muncul setiap
abad tidak terbatas. Hal ini didasarkan pada kata “man” yang dipakai di
dalam hadis riwayat Abu Dawud tersebut, yang dipahami bisa diartikan untuk
bilangan tunggal maupun jamak. Oleh karena itu dalam konteks tajdid ini,
mujaddid yang dimaksud dalam hadis tersebut bisa seorang atau lebih, yang
menjalankan misinya secara perorangan atau kelompok.
Substansi pemikiran yang dapat disimpulkan dari
hadis Nabi ini adalah bahwa lepas dari persoalan siapa saja yang telah dan akan
mendapat kehormatan diangkat sebagai pembaharu-pembaharu itu, dan lepas pula
dari persoalan apakah misi pembaharuan itu dilakukan oleh seseorang atau satu
komunitas secara kolektif, yang jelas
Rasulullah telah mendahului kita
dan memberikan legitimasi tentang perlunya pembaharuan atau penyegaran
berkala doktrin Islam agar sesuai dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan
peradaban.
Atas dasar penjelasan di atas, maka pembaharuan itu
sendiri merupakan _ocia yang inherent dalam diri Islam. Bahkan Moshe
Sharon menyatakan bahwa kedatangan Islam itu dapat dipandang sebagai gerakan
pembaharuan pertama yang amat menakjubkan yang telah menyebabkan terjadinya
perubahan yang amat fundamental di kalangan masyarakat Arab ketika itu.
Sedangkan gerakan pembaharuan kedua yang juga cukup mengagumkan adalah
munculnya kekuasaan Abbasiyah yang telah melahirkan revolusi besar di kalangan
umat Islam yang antara lain ditandai oleh terlibatnya komunitas non-Arab yang secara bersama-sama dengan
komunitas Arab telah berhasil menyumbangkan darma baktinya dalam perkembangan
ilmu pengetahuan yang sangat berguna bukan hanya bagi Islam tetapi bagi umat
manusia secara keseluruhan. Jika kita sepakat akan pandangan ini, barangkali
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa modern kali ini, hingga batas-batas
tertentu dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Barat. Merupakan pembaharuan
ketiga di kalangan umat Islam, yakni satu masa di mana umat Islam diharapkan
mampu menginterpretasi kembali doktrin agama dengan memperhatikan perkembangan
sains dan teknologi yang berkembang secara cepat.
Menyadari bahwa Islam mempunyai watak dinamis yang
selalu mendorong adanya gerakan pembaharuan, maka sulit dipahami jika ada
sementara kalangan yang hanya mencoba menekankan pentingnya budaya Barat dalam
perkembangan hukum Islam kontemporer. Bahkan mereka beranggapan bahwa
modifikasi hukum Islam saat ini semata-mata karena pengaruh nilai-nilai Barat.
Dengan tidak mengecilkan pengaruh nilai-nilai Barat, namun harus diingat bahwa
tujuan pembaruan hukum Islam bukanlah untuk mengikuti dan meniru hal-hal yang
ada di Barat tetapi lebih dimaksudkan untuk membawa umat Islam kejalan yang
sesuai dengan ajaran hukum Islam. Atas dasar ini, maka ungkapan “kembali kepada
al-Qur’an dan sunnah” merupakan slogan yang selalu dikumandangkan terutama oleh
para kaum pembaharu dan menjadi karakteristik umum dari gerakan pembaharuan di _ocial seluruh
dunia termasuk di Indonesia.
KEARIFAN NABI
Nabi itu manusia yang amat luhur, mudah
meneteskan air matanya. Pernah suatu saat seorang sahabat dating kepada beliau
memberitahukan bahwa ada anak kecil yang meninggal dunia. Waktu itu Rasulullah
dating, kemudian beliau mencucurkan air matanya. Beliau tidak sanggup menahan
pendritaan anak kecil itu. Begitu pula ketika putranya, Ibrohim meninggal
dunia, Rasulullah menangis melihat orang-orang menderita, padahal penderitaan
Rasulullah sendiri melebihi penderitaan mereka semua.
Mungkin kalau penderitaan Rasulullah ini
berasal dari orang kafir dapoat kita fahami. Misalnya, Rasulullah difitnah,
dituduh sebagai tukang sihir, dituding sebagai dukun bahkan dianggap sebagai
orang gila. Dibuat opini yang jelek tentang rasul supaya orang orang tidak mau
mendengarkannya.
Disamping itu orang kafir pun mengganggu
beliau secara fisik. Ketika Rasulullah berada di depan para sahabatnya, beliau
diludahi oleh Utbah bin Abi Mu’ith. Rasul saw. Mengusap ludah itu dengan sabar
seraya berkata, “suatu saat engakau akan menyesali apa yang kau lakukan. Itulah
antara lain penderitaan Rasulullah dari orang-orang kafir.
Namun yang menyedihkan adalah penderitaan
Rasulullah yang disebabkan oleh orang Islam sendiri. Misalnya, pada waktu
Rasulullah membagikan ganimah kepada sahabatnya, ada yang berteriak, “Berbuat
adillah, ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah berkata: “kalau bukan aku yang
adil siapa lagi yang akan adil di dunia ini”.
BERSIKAP ARIF TERHADAP BINATANG
حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي
صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ
الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ
يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا
الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ
فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ
لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ
أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Artinya: “Bahwasanya Rasulullah saw
bersabda: “ Selagi seorang lelaki berjalan, tiba-tiba timbullah kehausannya yang
sangat. Lalu dia turun ke dalam sumur dan dia minum sebagian airnya, kemudian
dia keluar. Tiba-tiba dilihatnya seekor anjing yang menjilat-jilat, dia
menjilat tanah basah karena sangat haus. Orang itu berkata: “telah memuncak
benar kehausan anjing itu, seperti kehausan yang telah menimpa diriku. Kemudian
dia pun mengambil air dengan sepatunya, lalu digigit sepatu dengan mulutnya,
lalu naik dari dalam sumur dan memberi minum kepada anjing itu. Karenanya Allah
mensyukurinya dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah,
sesungguhnya apakah ada pahala bagi kami yang memberi minum kepada binatang?.
Nabi menjawab: pada binatang yang mempunyai hati yang masih basah ada
pahalanya.”
Dalam hadis
lain Rasulullah melarang kita mengurung binatang hingga mati. (R. Solihin 323.
Terkait dengan hewan (binatang), kita
tidak hanya disuruh untuk memeliharanya tetapi juga mengambil pelajaran dan
khazanah yang berharga bagi mereka yang mau berpikir. Banyak cerita tentang
hewan yang berisi fable-fabel kearifan (seperti Kalilah wa Dimnah), yang
merupakan teladan yang par-exellent bagi mereka yang hendak mempelajari
etika, estetika,dan keindahan yang terlahir dari jiwa-jiwa yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kesetiaan dan kemuliaan yang agung. Sebab dalam hidup ini,
banyak ajaran Tuhan yang tidak bisa dilihat dari perilaku manusia, namun banyak
juga dari komunitas hewan. Betapa para anjing mempunyai dedikasi dan loyalitas
tinggi dalam menjaga kepercayaan dan kesetiaan kepada majikan mereka, sementara
banyak manusia yang apabila diberi kepercayaan, mereka menodainya dengan
ketidaksetiaan, penyelewengan dan pengkhianatan) Sebenarnya dalam kehidupan
ini, betapa banyak mutiara berserakan dari ajaran Tuhan, namun apakah kita
pernah merenunginya?
KEARIFAN DALAM MENYEMBLIH
BINATANG
أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ
بْنُ يَعْقُوبَ قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى قَالَ أَنْبَأَنَا
إِسْرَائِيلُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ
أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحَبِيِّ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ
قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ
فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ
أَحَدُكُمْ إِذَا ذَبَحَ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ MUSLIM
Artinya: “saya mendengar rasulullah saw, bersabda: Sesungguhnya
Allah swt. Mewajibkan berlaku ihsan dalam segala hal. Karena itu, jika membunuh
(yang dibenarkan syari’ah), bunuhlah dengan cara yang baik, dan jika
menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, tajamkanlah pisau dan
jangan membuat hewan sembelihan itu menderita (HR. Muslim).
Hadis
ini merupakan dasar agama yang sangat penting. Memuat upaya sungguh-sungguh
dalam melaksanakan ajaran islam. Karena ihsan (melakukan sesuatu dengan baik
dan benar) dalam suatu perbuatan, adalah keselarasan perbuatan itu dengan
tuntutan syara’. Amal perbuatan, adakalanya berhubungan dengan masalah
kehidupan manusia di dunia, sikap terhadap keluarga, saudara dan sesame
manusia, dan adakalanya berhubungan dengan urusan akhirat, yaitu iman, yang
merupakan perbuatan hati, dan Islam yang merupakan perbuatan anggota badan.
Barang siapa yang berlaku ikhsan dalam melakukan amal perbuatan yang
berhubungan dunia dan akhiratnya, dengan penuh kebenaran dan kesempurnaan, maka
ia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. (al-wafi): 119
KEARIFAN DENGAN TUGAS
22482 حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا
كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي صَالِحٍ قَالَ أَقْبَلَ مَرْوَانُ
يَوْمًا فَوَجَدَ رَجُلًا وَاضِعًا وَجْهَهُ عَلَى الْقَبْرِ فَقَالَ أَتَدْرِي
مَا تَصْنَعُ فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ فَإِذَا هُوَ أَبُو أَيُّوبَ فَقَالَ نَعَمْ
جِئْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ آتِ الْحَجَرَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تَبْكُوا
عَلَى الدِّينِ إِذَا وَلِيَهُ أَهْلُهُ وَلَكِنِ ابْكُوا عَلَيْهِ إِذَا وَلِيَهُ
غَيْرُ أَهْلِهِ *
(رواه احمد)
Artinya:
“Jangan kamu tangisi nasib agama Islam jika dia dikuasai oleh ahlinya, akan
tetapi tangisilah manakala dikuasai oleh tangan yang bukan ahlinya”.
57 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
سِنَانٍ قَالَ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ ح و حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ
قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُلَيْحٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ
حَدَّثَنِي هِلَالُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَطَاءِ ابْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ
فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ
بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ
لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنِ
السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتِ
الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا
وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ *Al-Bukhari
Orang yang melakukan suatu pekerjaan yang
bukan pada bidang dan keahliannya tidak akan bermakna apa pun hanya bagaikan
orang yang menaruh pasir pada tenmpat yang salah hingga meyebabkan pasir
tersebut tidak lebih berharga dariupada sampah. Selain itu juga bagaikan
seorang laki-laki yang memakai baju wanita dan seorang perempuan yang memakai
baju laki-laki, atau seperti seorang tamu yang mengaku sebagai pemilik rumah,
juga bagaikan orang yang berbicara di tengah halayak massa yang tanpa ditanya
terlebih dahulu. Sebab meski sebuah pekerjaan bisa dikerjakan oleh banyak
orang, namun bila yang mengerjakannya bukan seoarng ahlinya, maka pekerjaan itu
tidak akan pernah terselesaikan secara sempurna, bahkan bisa jadi hanya
membuahkan kegagalan. Dan inti keberhasilan dan kesuksesan sebuah pekerjaan
bukan terletak pada banyaknya orang yang terlibat, melainkan pada
profesionalisme dan keahlian para pekerjanya.
Bukankah pepatah mengatakan: Adalah sebuah
kebodohan siapa saja yang membebani dirinya dengan sesuatu yang tidak cocok
dengan budaya dan karakternya. Pun adalah sebuah kepongahan siapa saja yang
membebani dirinya dengan pekerjaan yang bukan bidang dan keahliannya, serta
terlebih lagi adalah siapa saja yang melepaskan diri dan tercerabut dari akar
sejarah yang telah diwariskan turun-temurun oleh para leluhurnya.
HASIL KARYA SENDIRI
1930 حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ
يُونُسَ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنِ الْمِقْدَامِ رَضِي اللَّهم
عَنْهم عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَكَلَ
أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ
نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ *
Artinya: tak ada makanan seseorang yang
lebih baik _ocial__ng dengan yang berasal dari hasil keringat sendiri. Sesungguhnya
Nabi Dawud AS itu makan dari makanan yang berasal dari hasil keringatnya
sendiri. (HE. Al-Bukhari).
Dalam Islam bekerja adalah suatu
kewajiban. Tersebutlah kisah pada masa khalifah Umar bin Khattab. Suatu hari
sahabat Umar memasuki masjid di luar waktu salat dan menjumpai dua orang yang
tengah khusyu’ berdoa. Lalu khalifah bertanya: “Apa yang kamu lakukan sementara
orang lain sibuk bekerja?”. Mereka menjawab: “Wahai Amirul mukminin,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bertawakkal pada Allah”. Mendengar
jawaban itu Umar pun marah, seraya berkata: “Kalian adalah orang-orang yang
malas bekerja, padahal kalian tau bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas
dan perak” lalu Umar mengusir mereka dab berkata: “tanamkanlah biji ini dan
bertawakallah kepada Allah. Dalam al-Mulk ayat 15 Allah berfirman:
uqèd Ï%©!$# @yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# Zwqä9s (#qà±øB$$sù Îû $pkÈ:Ï.$uZtB (#qè=ä.ur `ÏB ¾ÏmÏ%øÍh ( Ïmøs9Î)ur âqà±Y9$# ÇÊÎÈ
5660
Dialah
yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan.
Diriwayatkan
oleh Saad al-Anshari, bahwa suatu ketika, Rasulullah menjumpai seorang sahabat dengan tangan
melepuh kehitam-hitaman. Kemudian nabi bertanya, apa yang menyebakan tangan
sahabat itu melepuh? Ia menjawab, bahwa akibat dari mencungkil tanah yang keras
dengan kampak. Ia berbuat demikian, karena ingin memenuhi kewajiban memberi
nafkah terhadap keluarga agar anak dan istrinya tidak kelaparan. Nabi Muhammad
segera memegang tangan sahabat yang melepuh itu dan menciumnya. Riwayat ini
menunjukkan pada kita betapa wong cilik seakan-akan nista dihadapan kita,
sungguh ternyata sangt mulia di hadapan Rasul yang tak segan-segan menciumnya.
(159)—hutbah
Begitu
juga dijelaskan dalam riwayat bahwa Sunan Kalijaga membangun kesadaran masyarakat
tentang arti bekerja dan beramal. Diberantaslah pengangguran, baik pengangguran
karena malas beraktifitas ataupun karena adanya ketidak adilan pembagian kerja.
Orang mesti bekerja apa saja asalkan layak bagi martabat kemanusiaan. Islam
melarang dan mencegah pengangguran. Setiap pekerjaan yang layak bagi kehormatan
manusia adalah mulia.
Di
sinilah Sunan Kalijaga membesarkan hati kaum pekerja maupun petani, karena
mereka mengerjakan pekerjaan yang terhormat dan mulia lagi berfungsi social.
Terhormat karena, karena mereka mau bekerja dengan hasil usaha sendiri. Dan
berfungsi social karena hasil kerjanya tidk hanya dipergunakan untuk diri
sendiri, akan tetapi juga untuk kepentingan orang banyak.
BERBUAT
BAIK KEPADA TETANGGA
4485 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ بَشِيرٍ
أَبِي إِسْمَعِيلَ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّهُ ذَبَحَ
شَاةً فَقَالَ أَهْدَيْتُمْ لِجَارِي الْيَهُودِيِّ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ
حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ *Abu dawud
Boleh
jadi orang yang hidupnya kelihatan miskin dan sengsara, tetapi tetangganya
merasakan manfaatnya. Atas dasar itu,
hidup yang baik menurut Islam adalah hidup yang sanggup mempertahankan iman dan
sanggup mengisinya dengan amal saleh. Orang yang saleh adalah bukan orang yang
panjang sujudnya, bukan orang yang paling sering naik haji, tetapi orang yang
pling banyak manfaatnya kepada orang lain. Ilmunya bisa dinikmati oleh orang
banyak. Sdekah harta yang diberikannya terus mengalir meskipun dirinya telah
meninggal dunia, dan anak yang dibinanya tumbuh menjadi anak yang saleh yang
mendoakannya. (Renungan sufistik…278).
ARIF
DALAM BERTINDAK DAN MEMBERI NASIHAT
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ
كِلَاهُمَا عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ وَهَذَا حَدِيثُ
أَبِي بَكْرٍ قَالَ أَوَّلُ مَنْ بَدَأَ بِالْخُطْبَةِ يَوْمَ الْعِيدِ قَبْلَ
الصَّلَاةِ مَرْوَانُ فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَقَالَ الصَّلَاةُ قَبْلَ
الْخُطْبَةِ فَقَالَ قَدْ تُرِكَ مَا هُنَالِكَ فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ أَمَّا
هَذَا فَقَدْ قَضَى مَا عَلَيْهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ
بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ
إِسْمَعِيلَ بْنِ رَجَاءٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَعَنْ
قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
فِي قِصَّةِ مَرْوَانَ وَحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ شُعْبَةَ وَسُفْيَانَ (رواه مسلم)
Artinya siapa saja yang melihat kemungkaran hendaklah
ia merubahnya dengan tanganya (kekuasaan hokum atau undang-undang), jika tidak
bisa dengan tangan, hendaklah dengan ucapan (teguran, nasehat atau pendidikan),
jika tidak bisa dengan ucapan, rubahlah
dengan hati. Cara terakhir ini paling minimal/lemahnya iman.
Semua ulama sepakat bahwa memberantas kemunhkaran
hukumnya wajib. Karenanya, setiap orang wajib memberantas kemunkaran yang ada
sesuai dengan kemampuan masing-masing, baik dengan tangan, lisan, atau hatinya.
Memberantas kemungkaran dengan hati dilakukan jika seseorang tidak mampu
memberantas kemungkaran dengan tangan dan lisannya. Ibnu Mas’ud berkata:
“mungkin di antara kalian ini ada yang akan mengetahui kemungkaran, tetapi ia
tidak mampu memberantasnya. Ia hanya bisa mengadu kepada Allah bahwa ia benci
kemungkaran itu.”. Adapun kondisi yang dikatakan lemah atau tidak mampu adalah
kondisi di mana dimungkinkan (jika ia mengingkari kemungkaran dengan tangan dan
lisan) adanya suatu bahaya yang akan menimpa diri atau hartanya, dan ia tidak
mampu menanggung itu semua. Jika kemungkinan ini tidak ada, maka tetap
diwajibkan untuk memberantas kemungkaran dengan tangan atau lisan.
Amar ma’ruf nahi munkar adalah hak dan
kewajiban bagi setiap orang. Sedamgkan sebuah umat terdiri dari pemimpin dan
umatnya. Jika pemimpin berkewajiban melakukan amar ma’ruf nahi munkar kepada
rakyatnya, maka rakyat juga berkewajiban melakukan amar ma’ruf nahi
munkar kepada pemimpinnya. Amar ma’ruf dan nahi munkar ini hendaklah dilakukan
dengan penuh kebijaksanaan. Dalam memberantas nahi munkar, tidak semestinya
menggunakan kekerasan apalagi sampai menimbulkan pertumpahan darah. Yang
dituntut sebenarnya adalah saling memberi nasihat, dan inilah sebenarnya inti
ajaran islam. Dalam al-Qur’an dijelaskan : “ Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (an-Nahal: 125).
Hikmah tentu disesuaikan dengan kondisi
orang yang dihadapi dan perkara yang akan disampaikan. Kadang harus menggunakan
bahasa yang lunak dan basa basi. Kadang
juga harus keras.
Agar
nasehat mempunyai
pengaruh yang kuat, maka sebuah nasihat harus memiliki syarat-syarat berikut:
a.
Tema
yang tepat
Dalam memberi nasehat ataupun peringatan kepada
masyarakat perlu memilih tema yang sangat bermanfaat bagi agamanya maupun
dunianya. Tidak hanya berkutat dalam penjelasan berbagai hokum. Namun perlu
memilih tema-tema yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat dalam realitas
kehidupan sehari-hari.
b.
Dengan
bahasa yang baik
Bahasa yang baik dan jelas akan membantu seseorang
untuk lebih mudah memahami apa yang ia dengar, bahkan bahasa yang baik juga
lebih mempunyai efek langsung terhadap hati.
c.
Tidak
terlalu panjang.
Nasehat yang terlalu panjang dapat
membosankan orang yang mendengar, hingga manfaat yang diinginkan tidak bisa
dicapai dan berlaku efektif. Rasulullah saw dalam sejarahnya senantiasa
memendekkan berbagai khutbah dan nasihatnya.
d.
Memilih
waktu yang tepat.
Rasulullah saw. Tidak terus
menerus memberikan nasihat namun
bersifat temporer. Seorang pemberi nasehat harus memperhatikan situasi dan
kondisi orang yang akan dinasehati, dia harus menyadari setiap perkataan ada
tempatnya dan setiap wacana ada masanya tersendiri.
KEARIFAN
DALAM BERBICARA
5559 حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ
عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ *Bukhari
Artinya:
“Katakanlah dengan baik, bila tidak mampu, diamlah
Dalam
al-Qur’an Allah memerintahkan kita berbicara secara efektif. Semua perintah
jatuhnya wajib, selama tidak ada keterangan lain yang memperingan. Begitu bunyi
kaidah yang dirumuskan usul fiqh. Dari sisi yang lain, al-Qur’an melarang kita
melakukan komunikasi yang tidak efektif.
Kita
hendknya menyadari bahwa setiap perkataan ada tempatnya dan setiap wacana ada
masanya tersendiri.
y7Í´¯»s9'ré& úïÉ©9$# ãNn=÷èt ª!$# $tB Îû óOÎhÎ/qè=è% óÚÌôãr'sù öNåk÷]tã öNßgôàÏãur @è%ur öNçl°; þ_Îû öNÎhÅ¡àÿRr& Kwöqs% $ZóÎ=t/ ÇÏÌÈ
- Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. Annisa’ayat 63
Dalam hadis juga, Rasulullah
mendorong kita untuk komitmen terhadap etika-etika-etika yang baik dan
perbuatan yang bermanfaat. Dorongan tersebut dilakukan dengan cara menjelaskan
kepada kita bahwa di antara tanda kesempurnaan iman seseorang adalah membatasi
diri berbicara ayng bermanfaat baginya, baik yang berhubungan dengan urusan
dunia maupun urusan akhirat., dan hal-hal yang membawa manfaat bagi
masyarakatnya. Seorang muslim tidak akan berbicara seputar hal-hal bisa membuat
rasa sakit dan mengarah kepada kerusakan.
Rasulullah sendiri memberi contoh
dengan khutbah-khutbahnya. Umumnya khutbah Rasulullah pendek, tetapi dengan
substansi yang padat. Ia berbicara dengan wajah yang serius dan memilih kata-kata
yang sedapat mungkin menyentuh hati para pendengarnya. Perkataan yang tidak
berguna harus dihindari karena kadang-kadang menjadi ghibah, namimah, fitnah
atau mencela orang orang. Maka Rasulullah telah mewanti-wanti dengan kata
salamatul insane fi hifzil lisan, keselamatan manusia tergantung pada lidahnya.
KEARIFAN
HUBUNGAN ANTARA TUA MUDA
1842 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَرْزُوقٍ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا
عُبَيْدُ بْنُ وَاقِدٍ عَنْ زَرْبِيٍّ قَال سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ جَاءَ
شَيْخٌ يُرِيدُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَبْطَأَ الْقَوْمُ
عَنْهُ أَنْ يُوَسِّعُوا لَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا قَالَ وَفِي الْبَاب
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَأَبِي أُمَامَةَ
قَالَ أَبمو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَزَرْبِيٌّ لَهُ أَحَادِيثُ مَنَاكِيرُ
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ وَغَيْرِهِ *
1843 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَبَانَ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ
عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ شَرَفَ كَبِيرِنَا حَدَّثَنَا
هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ نَحْوَهُ إِلَّا أَنَّهُ
قَالَ وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا *Atturmuzi
Rasulullah
telah bersabda, “Tidak termasuk golongan kami yang tidak menghormati generasi
tua dan tidak menyayangi yang kecil
Dalam
komunitas dan masyarakat manapun, terdiri atas orang tua, pemuda dan anak-anak.
Ada senior atau perintis, ada pula yunior atau pelanjut. Semua level itu
diperlukan untuk membangun harmoni kehidupan. Setiap individu harus ditempatkan
pada jabatan yang sesuai, sebagai lahan aktualisasi diri secara
profesionalitas. Masing-masing level memiliki kelebihan sekaligus kekurangan.
Wajae, sebab manusia adalah tempat salah dan lupa. Di samping memiliki nalar,
juga naluri. Untuk menciptakan suasana yang sejuk, masing-masing individu
dituntut untuk tahu diri, berani berkorban, dan bukan memperbanyak tuntutan.
Itulah sebabnya dalam Islam hubungan antar yang muda dan yang tua telah diatur dengan begitu indah. Ada
managemen keseimbangan, yakni tauqir (hormat) dan rahmah (kasih _ocial).
.
Dalam
hadis ini pihak orang tua lebih dahulu disebutkan, karena sebagai pendahulu
lebih berjasa. Merekalah yang pertama babat alas atau menjadi generasi pengawal
amal. Satu ungkapan arab berbunyi, al-fadlu
lil mubtadi wa in ahsanal muqtadi (keutamaan itu bagi perintis, sekalipun
pelanjut itu lebih baik).
Untuk
menjaga harmonisasi relasi tua muda maka disinilah urgennya komunikasi.
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk menjembatani pemikiran dan
pengalaman antar dua generasi. Diperlukan seni dalam proses peralihan dan
pewarisan nilai dan amal. Bagaimana agar seorang senior tidak menjadi orang tua
yang ingin mempertahankan status quo. Bahkan perjuangan yang telah dilakukan
dapat menjadi contoh bagi generasi mendatang. Yakni, berorientasi pada amal,
bukan jabatan. Para senior harus terlebih dahulu menjadi tentara aqidah, bukan
tentara jabatan, wanita, harta dan kepentingan.
ARIF
TERHADAP LINGKUNGAN
Belakangan ini bumi kita Indonesia, seakan tak pernah bosan dan tak
henti-hentinya ditimpa musibah dan bencana alam. Musibah berupa pesawat hilang,
kereta api tergelincir, kapal laut tenggelam dan terbakar sampai peristiwa
teranyar yaitu terbakarnya pesawat beberapa waktu yang lalu. Bencana alam berupa
semburan _ocial panas, gempa bumi, tanah longsor, _ocial badai maupun topan
sampai banjir yang seolah-olah menjadi tradisi di negeri ini. Sebagai manusia
beriman, kita tidak henti-hentinya mempelajari, merenungkan, bertindak terhadap
fenomena yang terjadi di bumi ini. Mengapa derita ini? Sebuah pertanyaan pokok
dalam situasi batas dan situasi tanpa jalan keluar, di mana bangsa kita
seolah-olah sedang sekarat secara soial, politik, ekonomis, maupun peradaban.
Dalam konteks ini marilah kita renungi bersama firman Allah:
“Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harapan. Sesungguhnya rahmat
Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Melalui ayat ini, kita
disadarkan bahwa apa yang kita lakukan bisa mengarah pada “perusakan di bumi
setelah Allah memperbaikinya”. Bumi ini diciptakan sebagai tempat manusia untuk
hidup di dunia ini dalam rangka persiapan kehidupan selanjutnya termasuk
akhirat.
Dalam tafsirran Ibnu
Jauzi, makna terperinci dari la tufsiduu fii ardhi ba’da islahiha adalah:1.
janganlah berbuat kerusakan di bumi dengan kekufuran setelah Allah
memperbaikinya dengan keimanan; (2) janganlah berbuat kerusakan di bumi dengan
kemaksiatan setelah Allah memperbaikinya dengan ketaatan, (3) janganlah berbuat
kerusakan di bumi dengan kezaliman ataupun diskriminasi setelah Allah
memperbaikinya dengan keadilan, 4) janganlah berbuat kerusakan di bumi, niscaya
Allah menahan turunnya air hujan dan menghancurkan sawah _ocial dengan sebab
kemaksiatan itu,s esudah Allah memperbaiki dengan turunnya hujan dan kesuburan;
(5) janganlah berbuat kerusakan di bumi dengan membunuh orang lain (baik
karakter,posis maupun jiwanya) setelah
Allah memperbaikinya dengan larangan terhadapnya; (6) janganlah berbuat
kerusakan di bumi dengan mendustakan para Rasul sesudah Allah memperbaikinya
dengan memberikan wahyu kepada mereka.
Allah mengutus Nabi
Muhamad sebagai utusan terakhir dalam tradisi kenbian adalah membawa pesan
rahmatan lil alamin, yaitu kemalahatan kemanusiaan universal. Pesan universal
ini disampaikan dalam kurun waktu 23 tahun dengan segala dinamikanya, dan
kemudian disampaikan oleh para sahabat dan orang-orang salih sebagai pelanjut
risalah kenabian (warasatul anbiya). Inti ajarannya terumuskan dalam 5 prinsip dasar dalam agama (al-usul alhamsah), yakni menjaga agama,
jiwa, harta, keturunan dan aql. Ali Yafie menambahkan dengan perlindungan dan pemelliharaan
terhadap lingkungan.
Lima hal ini merupakan
kemaslahatan dasar yang menjadi pondasi
tegaknya kehidupan umat manusia, menjadi rujukan dari kebutuhan-kebutuhan
pokok, yang mempunyai arti kemaslahatan yang mendalam, di mana manusia tidak
bisa menjalani kehidupan mereka tanpa yang lima ini.
Lima prinsip dasar agama
ini sangat berkaitan dengan kesinambungan kehidupan umat manusia. Baik dari
sudut pandangan agama, _ocial, politik, budaya. Sehingga kemaslahatan manusia
dan alam lingkungan terwujud dengan sebenar-benarnya sesuai dengan kehendak
Tuhan. Di sinilah perlunya bersifat islah dalam setiap kehidupan kita karena
akan membuahkan kemaslahatan, dan dilarang ifsad karena akan berujung pada
kemudaratan, merujuk pada spirit ayat yang diawal tadi.
Akhirnya perlu kiranya
kita melakukan evaluasi, refleksi, aksi dan antisipasi terhadap banyaknya
musibah dan bencana alam. Di sekitar kita hidup dan berkembangnya _ocial_ dan
penyimpangan, kesyirikan (teologis maupun _ocial), bunuh diri, budaya
konsumtif, berlebih-lebih lebihan, memperoleh harta secara tidak halal,
terjadinya banjir, pembalakan hutan (_ocial_ logging), eksploitasi kekayaan
tambang. Yang kesemuanya ini termasuk kerusakan (fasad0, yang sebenarnya kita
dilarang untuk membuat kerusakan di bumi
ini setelah Allah mengutus rasulullah untuk memperbaikinya. Maka sedikit refleksi
kebelakang bahwa banyaknya terjadi bencana alam di berbagai daerah, salah
satunya (barang kali) kita melanggar larangan Allah, dengan merusak bumi ini.
Secara jelas Allah menyatakan dalam al-Qur’an bahwa ketampakan kerusakan di
daratan dan lautan sibabkan oleh perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan.
Tempat-tempat dan ruang-ruang semestinya tempat untuk penampungan air seperti
hutan, kita ambil dan eksploitasi maka
air sekarang mengambil ruang-ruang
manusia.
Oleh sebab itu sikap kita terhadap lingkungan
adalah bersikaf Islah, sebagaimana konsep ayat tadi.Merusak lingkungan adalah
larangan, sementara memperbaiki lingkungan merupakan kewajiban. Kewajiban ini
juga memberikan pemhaman bahwa apapun yang kita lakukan untuk perbaikan
lingkungan merupakan perwujudan dari alah astu bentuk ibadah kepada Allah. Karena itu kesempurnaan ibadah seseorang
tidak hanya ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah yang sering disebut
dengan ibadah mahdah tetapi juga harus ibadah gairu mahdah atau _ocial. Salah
satunya adalah dengan bertindah islah terhadap keadaan lingkungan, dan saya
kira juga bagian dari jihad _ocial. Kayaknya Inilah islam kaffah yang sering
kita dengung-dengungkan itu.
4358 حَدَّثَنِي قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنِي سُفْيَانُ
بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ قُلْتُ
لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ نَوْفًا الْبَكَالِيَّ يَزْعُمُ أَنَّ مُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ
لَيْسَ بِمُوسَى الْخَضِرِ فَقَالَ كَذَبَ عَدُوُّ اللَّهِ حَدَّثَنَا أُبَيُّ بْنُ
كَعْبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَامَ مُوسَى
خَطِيبًا فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ فَقِيلَ لَهُ أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ قَالَ أَنَا
فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ لَمْ يَرُدَّ الْعِلْمَ إِلَيْهِ وَأَوْحَى إِلَيْهِ
بَلَى عَبْدٌ مِنْ عِبَادِي بِمَجْمَعِ الْبَحْرَيْنِ هُوَ أَعْلَمُ مِنْكَ قَالَ أَيْ
رَبِّ كَيْفَ السَّبِيلُ إِلَيْهِ قَالَ تَأْخُذُ حُوتًا فِي مِكْتَلٍ فَحَيْثُمَا
فَقَدْتَ الْحُوتَ فَاتَّبِعْهُ قَالَ فَخَرَجَ مُوسَى وَمَعَهُ فَتَاهُ يُوشَعُ بْنُ
نُونٍ وَمَعَهُمَا الْحُوتُ حَتَّى انْتَهَيَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَنَزَلَا عِنْدَهَا
قَالَ فَوَضَعَ مُوسَى رَأْسَهُ فَنَامَ قَالَ سُفْيَانُ وَفِي حَدِيثِ غَيْرِ عَمْرٍو
قَالَ وَفِي أَصْلِ الصَّخْرَةِ عَيْنٌ يُقَالُ لَهَا الْحَيَاةُ لَا يُصِيبُ مِنْ
مَائِهَا شَيْءٌ إِلَّا حَيِيَ فَأَصَابَ الْحُوتَ مِنْ مَاءِ تِلْكَ الْعَيْنِ قَالَ
فَتَحَرَّكَ وَانْسَلَّ مِنَ الْمِكْتَلِ فَدَخَلَ الْبَحْرَ فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ
مُوسَى قَالَ ( لِفَتَاهُ آتِنَا غَدَاءَنَا ) الْآيَةَ قَالَ وَلَمْ يَجِدِ النَّصَبَ
حَتَّى جَاوَزَ مَا أُمِرَ بِهِ قَالَ لَهُ فَتَاهُ يُوشَعُ بْنُ نُونٍ ( أَرَأَيْتَ
إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ ) الْآيَةَ قَالَ فَرَجَعَا
يَقُصَّانِ فِي آثَارِهِمَا فَوَجَدَا فِي الْبَحْرِ كَالطَّاقِ مَمَرَّ الْحُوتِ فَكَانَ
لِفَتَاهُ عَجَبًا وَلِلْحُوتِ سَرَبًا قَالَ فَلَمَّا انْتَهَيَا إِلَى الصَّخْرَةِ
إِذْ هُمَا بِرَجُلٍ مُسَجًّى بِثَوْبٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ مُوسَى قَالَ وَأَنَّى بِأَرْضِكَ
السَّلَامُ فَقَالَ أَنَا مُوسَى قَالَ مُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ قَالَ نَعَمْ قَالَ
هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمْتَ رَشَدًا قَالَ لَهُ الْخَضِرُ
يَا مُوسَى إِنَّكَ عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَكَهُ اللَّهُ لَا أَعْلَمُهُ
وَأَنَا عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَنِيهِ اللَّهُ لَا تَعْلَمُهُ قَالَ
بَلْ أَتَّبِعُكَ قَالَ ( فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى
أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا ) فَانْطَلَقَا يَمْشِيَانِ عَلَى السَّاحِلِ فَمَرَّتْ
بِهِمْ سَفِينَةٌ فَعُرِفَ الْخَضِرُ فَحَمَلُوهُمْ فِي سَفِينَتِهِمْ بِغَيْرِ نَوْلٍ
يَقُولُ بِغَيْرِ أَجْرٍ فَرَكِبَا السَّفِينَةَ قَالَ وَوَقَعَ عُصْفُورٌ عَلَى حَرْفِ
السَّفِينَةِ فَغَمَسَ مِنْقَارَهُ فِي الْبَحْرِ فَقَالَ الْخَضِرُ لِمُوسَى مَا عِلْمُكَ
وَعِلْمِي وَعِلْمُ الْخَلَائِقِ فِي عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا مِقْدَارُ مَا غَمَسَ هَذَا
الْعُصْفُورُ مِنْقَارَهُ قَالَ فَلَمْ يَفْجَأْ مُوسَى إِذْ عَمَدَ الْخَضِرُ إِلَى
قَدُومٍ فَخَرَقَ السَّفِينَةَ فَقَالَ لَهُ مُوسَى قَوْمٌ حَمَلُونَا بِغَيْرِ نَوْلٍ
عَمَدْتَ إِلَى سَفِينَتِهِمْ فَخَرَقْتَهَا ( لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ
) الْآيَةَ فَانْطَلَقَا إِذَا هُمَا بِغُلَامٍ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَ
الْخَضِرُ بِرَأْسِهِ فَقَطَعَهُ قَالَ لَهُ مُوسَى ( أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً
بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ
تَسْتَطِيعَ مَعِي صَبْرًا ) إِلَى قَوْلِهِ ( فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا
فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ ) فَقَالَ بِيَدِهِ هَكَذَا فَأَقَامَهُ فَقَالَ
لَهُ مُوسَى إِنَّا دَخَلْنَا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَلَمْ يُضَيِّفُونَا وَلَمْ يُطْعِمُونَا
( لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ
سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا ) فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدِدْنَا أَنَّ مُوسَى صَبَرَ حَتَّى يُقَصَّ
عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا قَالَ وَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقْرَأُ وَكَانَ أَمَامَهُمْ
مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ صَالِحَةٍ غَصْبًا وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ كَافِرًا *4358
PERINTAH
MEMPERMUDAH
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ قَالَ
سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَسَكِّنُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
Rasulullah telah bersabda: “Permudahlah dan jangan mempersulit,
gembirakanlah dan jangan membuat takut orang”. (Bukhari: 5660).
Kita ketahui bahwa syari’at
Allah menghendaki terciptanya kebahagiaan manusia di dunia dan akherat. Karena
itulah, terdapat berbagai kemudahan bagi seorang hamba. Allah Swt berfirman:
3 ßÌã ª!$# ãNà6Î/ tó¡ãø9$# wur ßÌã ãNà6Î/ uô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur crãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ
Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (al-Baqarah:
185).
Karena
itulah Allah membolehkan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa dan melakukan
perjalanan atau sakit, membolehkan untuk mengqasar salat bagi orang yang
bepergian, membolehkan tayamum bagi orang yang hendak berwudu tetapi tidak
menemukan air atau Karen kulitnya tidak boleh terkena air (akrena sakit), dan
berbagai hal lainnya yang kemudian disebut oleh para ulama dengan rukhsah
(dispensasi).
Berdasarkan
pada realitas bahwa Allah memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya, dan dari
hadist di atas, maka para ulama menyimpulkan kaidah (al-masyaqqah tajlibut
taisir) (kesukaran itu menyebabkan adanya kemudahan).
Kaidah
ini mempunyai pengertian bahwa ketika seseorng berada dalam satu kondisi yang
sangat sulit dan berat baginya untuk melaksanakan kewajiban, maka kesusahan
tersebut merupakan penyebab untuk mendapatkan kemudahan dan keringan, hingga
bisa menunaikan dengan mudah.
Begitu
juga dalam pergaulan sehari-hari kita diminta untuk tidak mempersulit atau
menambah sulit urusan orang lain dengan proses dan birakrasi yang njelimet, yang
semestinya itu mudah. Prinsip yang dikembangkan mengambil dari spirit agama
adalah “alau masih bisa dipermudah untuk apa dipersulit" bukan sebaliknya “kalau
masih bisa dipersulit untuk apa dipermudah”.
Arif Terhadap Diri
Sendiri
1968 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي
الْعَبَّاسِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِي اللَّهم عَنْهممَا قَالَ
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَمْ أُخْبَرْ
أَنَّكَ تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ قُلْتُ إِنِّي أَفْعَلُ ذَلِكَ
قَالَ فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ هَجَمَتْ عَيْنَاكَ وَنَفِهَتْ نَفْسُكَ
لِعَيْنِكَ حَقٌّ وَلِنَفْسِكَ حَقٌّ وَلِأَهْلِكَ حَقٌّ قُمْ وَنَمْ وَصُمْ وَأَفْطِرْ
*msulim
2075 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ الْحِزَامِيُّ حَدَّثَنَا
يُونُسُ بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنِي ابْنُ إِسْحَقَ حَدَّثَنِي الزُّهْرِيُّ عَنْ
سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ لَمَّا كَانَ
مِنْ أَمْرِ عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُونٍ الَّذِي كَانَ مِنْ تَرْكِ النِّسَاءِ
بَعَثَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا
عُثْمَانُ إِنِّي لَمْ أُومَرْ بِالرَّهْبَانِيَّةِ أَرَغِبْتَ عَنْ سُنَّتِي
قَالَ لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّ مِنْ سُنَّتِي أَنْ أُصَلِّيَ
وَأَنَامَ وَأَصُومَ وَأَطْعَمَ وَأَنْكِحَ وَأُطَلِّقَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ
سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي يَا عُثْمَانُ إِنَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
وَلِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا قَالَ سَعْدٌ فَوَاللَّهِ لَقَدْ كَانَ أَجْمَعَ
رِجَالٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنْ هُوَ أَقَرَّ عُثْمَانَ عَلَى مَا هُوَ عَلَيْهِ أَنْ نَخْتَصِيَ
فَنَتَبَتَّلَ *Addarimi
24706 حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ
عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ قَالَ دَخَلَتِ امْرَأَةُ عُثْمَانَ بْنِ
مَظْعُونٍ أَحْسِبُ اسْمَهَا خَوْلَةَ بِنْتَ حَكِيمٍ عَلَى عَائِشَةَ وَهِيَ
بَاذَّةُ الْهَيْئَةِ فَسَأَلْتُهَا مَا شَأْنُكِ فَقَالَتْ زَوْجِي يَقُومُ
اللَّيْلَ وَيَصُومُ النَّهَارَ فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَذَكَرَتْ عَائِشَةُ ذَلِكَ لَهُ فَلَقِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُثْمَانَ فَقَالَ يَا عُثْمَانُ إِنَّ
الرَّهْبَانِيَّةَ لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْنَا أَفَمَا لَكَ فِيَّ أُسْوَةٌ
فَوَاللَّهِ إِنِّي أَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَحْفَظُكُمْ لِحُدُودِهِ *Ahmad
Jika Nabi saw. Menegaskan bahwa beliau
tidak diutus utuk mengajarkan kerahiban atau monastisisme, yaitu sikap
mengingkari kewajaran hidup sebagai cara pengalaman keagamaan, dan oleh nabi
saw dikaitkan dengan semangat mencari kebenaran yang lapang (al-hanifiyah
al-samhah), karena kerahiban adalah suatu bentuk pengamalan keagamaan yang
tidak wajar, tidak alami, dan tidak sejalan dengan fitrah manusia, dengan
akibat pengingkaran hak-hak diri dan orng lain. Oleh karena itu kerahiban dapat
berjalan sejajar dan berhimpit dengan kefanatikan, keekstriman, dan sikap-sikap
pembelengguan diri orang bersangkutan, mungkin tanpa disadarinya.
Maka jika Eric Fromm, selaku psikoanalis,
memandang bahwa kesehatan jiwa tergantung kepada sikap pemihakan kepada
kebenaran secara tulus, tanpa pembelengguan diri, dan kepada semangat cinta
sesame manusia, hal itu tampaknya akan sulit sekali terjadi jika tidak
didasarkan atas kepercayaan akan adanya Yang Maha Kasih dan Maha Sayang, yang
wujud atau dzatnya tidak lain adalah Dzat yang Maha Benar itu sendiri. Sifat
Maha Kasih dan Maha Sayang (al-Rahman
dan al-Rahim) adalah sifat kebenaran mutlak (Tuhan) yang paling banyak disebutkan
dalam al-Qur’an. Dan sebuah petunjuk Nabi mengatakan bahwa hendaknya kita
mencontoh akhlak Tuhan itu. Jadi cinta kepada kebenaran adalah juga cinta
kepada Yang Maha Cinta, dengan sikap yang meluber kepada cinta kepada sesama
manusia. Karena itulah, dalam hadist di atas Nabi saw. Menegur Utsman ibn
Mazh’un karena telah menelantarkan dirinya sendiri dan keluarganya. Sebab jika
seseorang mempunyai hubungan cinta dari Tuhan (habl minallah), maka ia harus
pula mempunyai hubungan cinta dari sesame manusia (habl minannas), dua nilai
hidup itulah yang bakal menjamin keselamatan manusia.
KEARIFAN DALAM BERBANGSA
حَدَّثَنَا ابْنُ السَّرْحِ
حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَكِّيِّ يَعْنِي ابْنَ أَبِي لَبِيبَةَ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى
عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ
مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ
Artinya: Bukanlah dari kelompok kita
yang mengajak kepada asobiyah, bukan yang berperang atas dasar ashabiyah, bukan
juga yang mati dengan keadaan (mendukung) ashabiyah (HR. Abu Daud).
Realitas ini
majemuk, dan di dalam alam senesta kemjemukan adalah tak terbatas. Tidak ada
dua daun dalam satu pohon yang mempunyai struktur yang sama, tidak ada pula dua
manusia yang sama. Bahasa mereka adalah berbeda satu sama lain, demikian pula
budaya berbentuk aneka ragam. Di sini jelas bahwa pluralitas atau kemajemukan
merupakan tekstur dari realitas.
Tanpa mempersoalkan
perbedaan makna dan pandangan para pakar tentang kemutlakan unsur “persamaan
keturunan” dalam hal kebangsaan, atau melihat realitas bahwa tiada satu bangsa
yang hidup pada masa kini yantg semua anggota kasyarakatnya berasal dari
keturunan yang sama, tanapa mempersoalkan itu semua dapat ditegaskan bahwa
salah satu tujuan kehadiran agama adalah memelihara keturunan.
Al-Qur’an menegaslan
bahwa Allah swt. Menciptakan manusia dari satu keturunan dan bersuku-suku
(demikian juga rumpun dan ras manusia), agar mereka saling mengenal potensi
masing-masing dan memanfaatkannya semaksimal mungkin. Dalam al-Qur’an
dijelaskan:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”. (al-Hujurat: 13)
Ini berarti bahwa al-Qur’an merestui
penegelompokan berdasarkan keturunan, selama tidak menimbulkan masalah dan
perpecahan dengan mengatasnamakan ego etnik ataupun feodalisme, bahkan
mendukungnya demi kemaslahatan bersama.
Wakaupun demikian (al-Qur’an mengakui
adanya kelompok), namun al-Qur’an juga mensyaratkan bahwa sesuatu yang memiliki
kesamaan sifat dapat digabungkan ke dalam satu wadah atau nasionalisme.
Wawasan 339.
بَاب قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَمَلَ
عَلَيْنَا السِّلَاحَ فَلَيْسَ مِنَّا *muslim
1717 حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ قَالَا حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ وَسَعِيدٍ عَنْ
حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ
فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ
بِطِيبِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ
يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ وَالْيَدُ
الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى *muslim
Kearifan Terhadap Seni
2691 حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ
قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ قَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنِي أَبُو الْأَسْوَدِ عَنْ
عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدِي جَارِيَتَانِ تُغَنِّيَانِ بِغِنَاءِ
بُعَاثَ فَاضْطَجَعَ عَلَى الْفِرَاشِ وَحَوَّلَ وَجْهَهُ فَدَخَلَ أَبُو بَكْرٍ
فَانْتَهَرَنِي وَقَالَ مِزْمَارَةُ الشَّيْطَانِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ دَعْهُمَا فَلَمَّا غَفَلَ غَمَزْتُهُمَا فَخَرَجَتَا
قَالَتْ وَكَانَ يَوْمُ عِيدٍ يَلْعَبُ السُّودَانُ بِالدَّرَقِ وَالْحِرَابِ
فَإِمَّا سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِمَّا
قَالَ تَشْتَهِينَ تَنْظُرِينَ فَقَالَتْ نَعَمْ فَأَقَامَنِي وَرَاءَهُ خَدِّي
عَلَى خَدِّهِ وَيَقُولُ دُونَكُمْ بَنِي أَرْفِدَةَ حَتَّى إِذَا مَلِلْتُ قَالَ
حَسْبُكِ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ فَاذْهَبِي قَالَ أَبمو عَبْد اللَّهِ قَالَ
أَحْمَدُ عَنِ ابْنِ وَهْبٍ فَلَمَّا غَفَلَ *
Dari Aisyah berkata:
rasulullah saw. Masuk ke rumah saya, di samping saya ada dua perempuan yang
sedang memainkan musik dan mendengarkan lagu-lagu yang menceritakan perang
Buats (perang di Madinah sebelum kedatangan Islam) kemudian Rasulullah saw.
Tiduran di tempat tidur sambil memalingkan wajahnya, lantas masuk Abu Bakar dan
menghardikku sambil mengatakan: “Nayanyian syetan ada di rumah Rasulullah”.
Maka Rasulullah menatap Abu Bakar, seraya mengatakan: Biarkanlah mereka”.
Setelah mereka tidak memperhatikan lagi, aku usir mereka untuk segera keluar
rumah.
Sesungguhnya umat islam
tidak berbeda dengan umat lain yang hidup dengan karunia akal budi dan
perasaan. Dengan kedua hal tersebut setiap manusia mampu berpikir dan merasakan
segala hal yang tertangkap oleh panca indera, serta kerkreasi dalam berbagai
bentuk ciptaan dan penemuan, baik yang non seni maupun yang bersifat seni.
Dengan kata lain sesungguhnya umat Islam memiliki hak dan posisi yang sama
dengan umat lain dalam hal seni dan kesenian.
Seni adalah keindahan.
Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkn
keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia yang didorong oleh kecenderungan
manusia kepada keindahan, apapun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut
merupakan naluri manusia, atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada
hamba-hambanya.
Disisi lain, al-Qur’an memperkenalkan
agama yang lurus sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia.
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Al-Rum: 30)
Adalah merupakan satu hal yang mustahil, bila Allah
yang menganugerahkan manusia potensi untuk menkmati dan mengekspresikan
keindahan, kemudian dia melarangnya. Bukankah Islam agama fitrah? Segala yang
bertentangan dengan ftrah ditolaknya, dan yang mendukung kesuciannya di
topangnya.
Kemampuan berseni merupakan salah satu perbedaan
manusia dengan makhluk lain. Jika demikian, Islam pasti mendukung kesenian
selama penampilannya lahir dan mendukung fitrah manusia yang suci itu., dank
arena itu pula Islam bertemu dengan seni dalam jiwa manusia, sebagaimana seni
ditemukan oleh jiwa manusia di dalam Islam.
Namun dalam ken yataannya, sangat terasa ada keraguan
pada sementara kalangan umat Islam untuk memasuki wilayah seni dan berkesenian,
baik seni rupa, tari, sastra, atau musik. Keraguan ini tentu ada latar belakangnya,
yaitu tafsir atas ajaran Islam yang terkait hal tersebut. Banyak ayat al-Qur’an
maupun hadis Nabi yang menurut semangat tekstualnya memang melarang umat Islam
melakukan kegiatan kesenian-kesenian tertentu. Selain itu semangat penafsiran
oleh para ulama yang penuh kehati-hatian, suatu hal yang sngat bisa dipahami,
sering membawa ekses negative berupa larangan terselubung bagi umat Islam untuk
masuk wilayah seni dan berkesenian. Padahal seni merupakan wilayah muamalah
yang hukum dasarnya adalah mubah (al-aslu fil muamalah al-ibahah hatta yadu
addalil al tahrimihi).
Dalam hal hadis-hadis Nabi yang umum dibukukan
terkesan bahwa Nabi sendiri seolah harus dibersihkan dari campuran tradisi,
ritual, dan seni (termasuk sastra) yang berlaku pada zaman pra Islam. Dikotomi
sangat ketat antara pra Islam yang dilukiskan sebagai masa kelam (al-dzulmi)
dan masa Islam sebagai masa cahaya (al-nur) atau pra-Islam sebagai kebiadaban
(jahiliyah) dan Islam sebagai berkeadaban (tamadun) menguatkan asumsi di atas.
Ungkapan pra islam dan masa Islam kemudian menjadi pembatas bukan saja dalam
arti masa/waktu, tetapijuga kultur dan setiap aspek kehidupan manusia Arab
waktu itu. Apa yang dilakukan dan diajrkan oleh Nabi Muhammad beserta
sahabat-sahabatnya seolah sama sekali baru yang belum pernah ada di zaman
sebelumnya.
Namun dalam sejarah perkembangan Islam, dalam
mengemban kenabian dan kerasulannya, Muhammad ternyata tidak mungkin mengelak
dari keterkaitan dengan tatanan dan kecenderungan kehidupan social-politik dan
ekonomi yng ada. Muhammad adalah seorng tokoh yang mewarisi kenabian dn
ke-tahta-an sekaligus. Ia adalah anbi sekaligus mulk (raja), begitulah
kira-kira. Sebagai nabi ia haruslah menyebarkan “khabar langit” ke seluruh
penjuru negeri dan mensosialisasikannya ke dalam berbagai qabilah dan bangsa
sebagai dasar terpenting dinamika social dan untuk menegakkan kemanusiaan yang
telah terlanggar. Dan sebagai mulk, ia mestilah menata, menguatkan bangunan
kekuasaan politik Arab yang tercerai berai ke dalam bangunan kekuasaan politik
yang besar, menyatu dengan menunjuk pusat. Dalam konteks yng terakhir ini,
karena ia pewaris rezim dominant quraisy, maka bangunan kekuasaan politik . itupun dengan tetap mempertahankan posisi
dimana Quraisy sebagai sentral. Muhammad
dalam hal ini, sukses gemilang mempertahankan, bahkan memperkuat dan
memperbesar Quraisy sebagai pusat kekuasaan politik Arab.
Misi dan pesan-pesan ilahiyyah berdialog dengan
kenyataan hidup sehari-hari, dengan kepentingan social politik, dan ternyata
keduanya berdialog dengan baik, bahkan saling menguatkan. Mana yang hanyut dan
manapula yang menghanyutkan tidaklah penting didiskusikan di sini. Yang menarik
dari itu adalah bahwa baik pesan-pesan Tuhan maupun kenyataan social histories
menjadi tidak sempurna jika tidak didialogkan. Dan apa yang terlihat dari Nabi
Muhammad dalam hal ini adalah kesuksesan luar biasa, lepas dari ke-Quraisyan,
patut diteladani. Muhammad berhasil mempertemukan dan mendialogkan pesan-pesan
ilahiyyah dengan kenyataan social Arab waktu itu untuk mencari rumusan ke depan
atas dasar kepentingan manusia dan kemanusiaan.
[1]( Abu Daud, Sunan Abi Da>wud, ,”Kita>b
al-Mala>h}im”, “Ba>b Ma> Yuz\karu fi Qarn al-Mi’ah” (Beirut: Da>r
al-Fikr, 1994), IV: 91.
0 komentar:
coment after read! and comment with ethic!
habis baca jangan lupa comment! comment dengan etika