Program Jurnal Kebudayaan Kandil 2007
Program Jurnal Kebudayaan Kandil 2007
Tekan ctrl + click salah satu iklan dibawah untuk lanjut membaca
push ctrl + click one of the banners below before continue reading
Pengantar
Jurnal
Kebudayaan Kandil memiliki obsesi sebagai pelopor dalam mendesiminasikan dan mewacanakan kebudayaan
banjar. Dengan agak berlebih Kandil memberanikan diri untuk berkata; “bila
ingin tahu tentang banjar, baca Kandil”. Slogan ini menjadi semangat LK3
untuk terus memperjuangkan eksistensi Kandil, walau tantangan dan hambatannya
sangat banyak dan berat. Terutama dalam hal bahan baku pengolahan
tulisan-tulisan, langkanya penulis yang berminat, melakukan dan mencari
riset-riset budaya banjar yang bermutu, dan pastilah juga tentang manajemen
pengelolaan Kandil yang memerlukan perhatian dan keseriusan. Akhirnya Kandil
tidak semata perjuangan untuk mengetengahkan budaya banjar kehadapan publik
yang luas, melawan arus kebudayaan luar yang menghegemoni dan memarjinalkan,
tetapi bersamaan itu dia juga harus menyelesaikan persoalan didirinya agar
tetap bisa difasilitasi oleh LK3. Ada semangat dalam diri Kandil yaitu ingin
‘banjar’ dikenal sebagai kebudayaan yang mencerahkan dan memberi inspirasi pada
banyak hal, ‘banjar’ memiliki kearifan yang pantas dikedepankan dan di dalam
kebudayaan banjar itu tersimpan khazanah pengetahuan yang tidak ternilai.
Dalam struktur
manajemen LK3, Kandil masuk dalam bagian divisi riset dan kajian. Kandil tidak
berdiri sendiri melainkan di bawah divisi kajian, karena itu penerbitan Kandil
mengikuti apa yang menjadi fokus divisi kajian. Fungsi Kandil mempublikasikan
hasil kajian dan riset divisi ini, karena itu topik yang disusun Kandil
mengikuti riset dan kajian yang dilakukan divisi ini.
Tidak terasa
Kandil sudah terbit sebanyak 13 edisi, dan di tahun 2007 ini akan digarap 4
edisi plus 1 edisi membayar utang yang belum terbit. Kandil ingin membuat sesuatu yang baru,
dimana dalam setiap tahun hanya mengangkat maksimal dua tema besar yang
kemudian di pecah dalam beberapa topik edisi. Manajemen LK3 dalam hal ini
divisi riset dan kajian melalui sebuah lokakarya Kandil untuk tahun 2007
menetapkan dua tema besar yaitu Pendidikan dan Ekonomi Banjar.
Tema tersebut dibagi dalam beberapa topik yaitu; (1) Tradisi menuntur ilmu
orang Banjar; (2) Pendidikan kontemporer; (3) Saudagar Banjar; (4) Migrasi
Orang Banjar; dan (5) Transmisi Budaya Wiraswasta.
Rubrik Utama Kandil
Sebagaimana
sebuah jurnal, tentu dia memiliki ciri khas yang dipertahankan agar bobot dan
kualitasnya tetap terjaga. Begitu juga dengan Kandil ada tiga rubrik yang harus
tetap ada sebagai ciri khas Kandil, yaitu rubrik riset, perspektif
(artikel utama) dan dialog.
Bobot dan kualitas Kandil dijaga oleh ketiga rubrik ini, karenanya
memerlukan perhatian dan penggarapan yang serius oleh manajemen Kandil.
Tema Kandil
2007
Tema
‘Pendidikan’ dan tema ‘Ekonomi Banjar’ dianggap menarik untuk diangkat karena
Kalimantan Selatan memiliki pusat pendidikan yang sangat terkenal keberbagai
daerah. Sebut saja Amuntai misalnya yang sejak dulu memiliki Normal Islam
sebagai pusat pendidikan keagamaan dijamannya, begitu juga dengan Alabio
terdapat beberapa tempat pendidikan yang
melahirkan tokoh-tokoh besar, selain sebagai pusat pergerakan di Hulu Sungai
Utara. Kandangan tentu saja sejak jaman kolonial Belanda memiliki tempat
pendidikan yang cukup kuat, di jaman yang sama di Kotabaru juga ada sekolah
Cina yang tidak kalah hebat. Sejumlah daerah yang memiliki lembaga pendidikan
pesantren bahkan memberi pengaruh yang sangat kuat bagi citra religius Kalimantan
Selatan, sebutlah Pamangkih, Darussalam, al Falah dan puluhan pesantren lainnya
yang tersebar disetiap kabupaten. Di Banjarmasin ada komplek mulawarman, ada
STT GKE sebagai pusat pendidikan bagi Katolik. Dan hingga sekarang pusat-pusat
pendidikan tersebut terus berkembang menjawab kebutuhannya.
Begitu juga
dengan ekonomi Banjar; sejak dahulu banjar menjadi pusat perdagangan. Dalam
sejarah pelabuhan terakhir yang ditutup oleh kolonial Belanda adalah pelabuhan
Banjarmasin dan Ambon, hal ini karena memiliki potensi perdagangan yang sangat
besar sekali. Karena itu darimanakah ekonomi banjar dibangun? Bagaimana cara
membangunnya dan sejauh mana pengaruhnya?. Untuk itulah Kandil bermaksud
mengangkat ekonomi banjar sebagai sebuah pencarian jati diri banjar dari sisi
ekonomi.
Kandil ingin
menyelami dunia ‘pendidikan’ dan ‘ekonomi Banjar’ dalam beberapa topik sebagaimana disebutkan
diatas, masing-masing topik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;
1.
Tradisi Menuntut Ilmu Orang
Banjar; ingin mengangkat keuletan orang banjar
dalam menuntut ilmu. Sejak dahulu orang banjar pergi merantau menuntut ilmu.
Bagi orang banjar menuntut ilmu bukanlah perkara mampu atau tidak mampu secata
ekonomi, melainkan mau atau tidak mau dalam hal mental dan semangat. Karenanya
banyak tokoh yang dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
bukan berasal dari keluarga mampu. Dalam hal menunut ilmu juga ada tradisi
dalam soal solidaritas pembiayaan dari keluarga dekat dan para saudagar. Syekh
Muhammad Arsyad misalnya berhasil melanjutkan pendidikan karena dukungan para
suadagar pada waktu itu, tentu saja didasari oleh tekat yang kuat oleh Syekh
Muhammad Arsyad sendiri. Ada banyak suka duka dan cerita dalam tradisi menuntu
ilmu orang banjar. Karena Kandil mencoba mengangkat topik ini sebagai bahasan
yang menarik untuk disimak.
2.
Metode Pendidikan
Kontemporer; ingin mengangkat tentang sistem dan
metode pendidikan kekinian beserta fenomenanya. Baik pendidikan umum maupun
pendidikan keagamaan, mulai dari play group, TK, SD hingga perguruan tinggi.
Pada tingkat playgroup, TK dan SD lembaga pendidikan swasta sedang mengalami
masa-masa cerah, sementara perguruan tinggi sedang mengalami masa paceklik,
banyak perguruan tinggi yang hampir saja tutup karena kurangnya jumlah mahasiswa,
hingga tidak sedikit perguruan tinggi yang “banting harga” agar banyak orang
yang berminat. Perkembangan terbaru tentang pendidikan dengan segala
persaingannya itu apakah memberi kontribusi yang besar bagi pencerdasan bangsa,
atau justru lembaga pendidikan hanya terjebak dalam industri dan pemenuhan
selera pasar. Bagaimana pendidikan kontemporer di tanah Banjar saat ini? Itulah
point penting yang ingin diangkat dalam edisi ini.
3.
Saudagar Banjar; ingin mengangkat tentang sepak terjang para pelaku bisnis orang
banjar dalam bentang sejarah. Perdagangan banjar yang sangat luas tidak dapat
dipisahkan dari peran para saudagar banjar. Bahkan nenek moyang banjar yang
bernama Ampu Jatmika adalah seorang saudagar yang sangat kaya, konon dari
situlah budaya dagang diturunkan dan menjadi suatu pengetahuan yang luar biasa.
Tradisi dagang tersebut semakin dikuatkan oleh datangnya Islam yang juga
membawa tradisi dagang, dan akhirnya ada semacam hubungan yang sangat kuat
antara Banjar – Islam – perdagangan, menjadi suatu kebudayaan yang utuh hingga
sekarang. Karena itu bagaimanakah peran para saudagar banjar memainkan
perdagangan ditengah tekanan kolonial, orde baru hingga persaingan global
sekarang? Itulah sisi yang ingin dilihat oleh Kandil dan diharapkan menjadi satu
bahasan yang menarik.
4.
Migrasi Orang Banjar; ingin mengangkat tentang
perpindahan orang banjar dari satu daerah ke daerah lainnya. Orang banjar
mungkin hampir sama dengan orang bugis, jawa atau juga cina serta arab, yang
melakukan mingrasi keberbagai tempat dan menetap ditempat tersebut dalam waktu
yang lama bahkan membuat komunitas. Tersebutlah Banjar Samarinda, Balikpapan,
Gorontalo, Solo, Riau, Tambilahan dan hingga ke jazirah arab. Orang banjar
melakukan migrasi juah keberbagai pelosok dan hidup dalam komunitas banjar
sebagaimana dikampungnya. Kapan mingrasi itu dilakukan dan atas motivasi apa?
Seputar alasan dan gambaran utuh tentang migrasi inilah Kandil ingin berbicara,
dan diharapkan dapat memberikan gambaran migrasi orang banjar dengan segala latar
belakangnya.
5.
Transmisi Budaya Wiraswasta; ingin mengangkat tentang
perpindahan budaya wiraswasta kepada budaya lainnya. Orang banjar dari
dulu dikenal sebagai pedagang, bahkan sekarangpun masih dikenal sebagai
pedagang. Tetapi perlahan-lahan telah terjadi pergeseran budaya. Berdagang
sebagai bagian dari sektor wiraswasta
sekarang ini mulai bergeser. Orang lebih suka menjadi pekerja di
sektor-sektor formal baik pemerintah maupun perusahaan swasta. Budaya wiraswasta
mulai ditinggalkan atau dianggap tidak menjanjikan. Pergeseran ini sesungguhnya
memberi pengaruh pada pergerakan ekonomi ditingkat masyarakat, karena banyak
orang yang menggantungkan hidupnya pada eksistensi sektor formal dan itu tidak
menolong bergeraknya sektor riil. Tetapi yang lebih parah adalah soal orientasi
orang banjar dalam lapangan pekerjaan, kalau ini terus berlangsung maka ada
kemandekan dan kemunduran budaya wiraswasta yang mendidik orang mandiri di kaki
sendiri. Kandil berharap mampu mengungkapkan pergeseran tersebut sebagai
otokritik budaya banjar.
Penutup
Demikian
penjelasan tentang Kandil 2007, kami berharap banyak pihak yang dapat terlibat
sehingga dapat terbit sesuai rencana. Dan Kandil sesungguhnya ingin menjadi
media yang terbuka, dimana keterlibatan banyak pihak sebagai sesuatu yang
dinanti dan sangat diharapkan.
Banjarmasin,
24 April 2007.
Divisi
Riset dan Kajian LK3 Banjarmasin.
hi....i'd like to have some articles from Kandil, i've searched via google and i cannot download or have this journal, can you help me?
ReplyDeletemany thanks
sira